Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Zona Hujan Ekstrem Bergerak ke Pasifik Selatan
Oleh : dd/hc
Sabtu | 18-08-2012 | 12:14 WIB

BATAM, batamtoday - Pemanasan global telah memercepat peralihan zona hujan (rain band) terbesar di belahan bumi bagian selatan. Akibatnya, negara-negara di Pasifik Selatan akan mengalami banjir yang lebih besar dan lebih sering, juga kekeringan ekstrem sebagai dampak peningkatan emisi gas rumah kaca.


Hal ini terungkap dari hasil penelitian internasional yang dipimpin oleh Dr Wenju Cai, peneliti kelautan dari CSIRO, yang dirilis Kamis (16/8). Penelitian ini menyimpulkan, frekuensi pergerakan zona hujan ini akan berlipat ganda dalam 100 tahun ke depan.

Zona hujan di Pasifik Selatan adalah zona hujan terbesar dan paling konsisten di belahan bumi bagian selatan yang membentang dari wilayah selatan khatulistiwa ke arah tenggara menuju wilayah French Polynesia. Terkadang, zona hujan ini juga bergerak 1000 kilometer ke utara menuju khatulistiwa memicu iklim ekstrem.

Dr Wenju bersama ilmuwan yang lain menganalisis model sirkulasi (iklim) yang diserahkan ke IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) dan menemukan bahwa peningkatan gas rumah kaca, memicu pemanasan global di sepanjang garis khatulistiwa di wilayah Pasifik.

Pemanasan global ini kemudian memicu frekuensi pergerakan iklim ekstrem dari zona hujan di Pasifik Selatan.

Saat terjadi peristiwa El Niño di sepanjang garis khatulistiwa di wilayah Pasifik timur, zona hujan ini bergerak ke arah timur laut sepanjang 300 kilometer.

Negara-negara yang dalam kondisi normal berada di dalam zona hujan ini yaitu Vanuatu, Samoa, dan Cook Islands bagian selatan akan mengalami kebakaran hutan, kekeringan dan badai tropis yang lebih sering. Sementara negara yang “dikunjungi” oleh zona hujan ini akan mengalami banjir ekstrem.

Contoh, saat terjadi peristiwa El Niño pada tahun 1982/83 dan 1997/98, zona hujan bergerak ke utara sejauh lebih dari 1000 kilometer. Peralihan ini memicu peristiwa iklim yang makin ekstrem, termasuk badai yang sebelumnya jarang terjadi di wilayah French Polynesia.

Dengan memahami peristiwa-peristiwa ini, negara dan masyarakat diharapkan bisa meramalkan dampak sosial dan ekonomi dari pemanasan global dan perubahan iklim.