Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Lima Negara Asia Paling Rentan Bencana Alam
Oleh : dd/hc
Jum'at | 17-08-2012 | 12:13 WIB

BATAM, batamtoday - Lima negara di Asia menjadi negara yang paling rentan secara sosial dan ekonomi jika terjadi bencana alam.


Hal ini terungkap dalam laporan “2nd Natural Hazards Risk Atlas” yang diterbitkan oleh Maplecroft, Rabu (15/8/2012) lalu. Akibat perubahan iklim dan pemanasan global, bencana alam seperti banjir dan badai tropis lebih sering terjadi melengkapi bencana alam lain seperti gempa bumi.

“Natural Hazards Risk Atlas” dikembangkan oleh Maplecroft guna membantu perusahaan mendapatkan informasi dan membandingkan tingkat risiko bencana alam di 197 negara yang disusun dari hasil penelitian Maplecroft dan UN OCHA (United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs).

Atlas ini memuat 29 jenis risiko dari 12 bencana alam dalam sebuah peta interaktif, sekaligus menghitung biaya ekonomi dan sosial dari bencana-bencana tersebut.

Berdasarkan analisis Maplecroft, negara dengan ekonomi yang lebih kuat memiliki ketahanan yang lebih besar dan lebih cepat pulih saat terjadi bencana alam.

Jepang, China, Taiwan dan Meksiko adalah negara yang menderita kerugian besar akibat bencana alam yang nilainya mencapai US$380 juta tahun lalu. Menurut Munich Re, perusahaan asuransi umum dari Jerman, sekitar 55% kerugian bencana tahun lalu berasal dari gempa bumi dan tsunami di Jepang pada Maret, 2011. Namun Jepang cepat pulih karena ketahanan mereka yang lebih kuat.

Sementara itu sepuluh negara yang rentan secara sosial dan ekonomi jika terjadi bencana adalah Bangladesh, Filipina, Republik Dominika, Myanmar, India, Viet Nam, Honduras, Laos dan Haiti.

Dari sepuluh negara tersebut, lima negara yaitu Bangladesh, Filipina, Myanmar, India dan Viet Nam memiliki risiko terbesar. Mereka akan menderita kerugian berkali lipat dan memerlukan waktu bertahun-tahun untuk pulih jika mereka mengalami bencana seperti gempa bumi di Jepang.

Selain kerugian materiil akibat rusaknya infrastruktur-infrastruktur penting, mereka juga akan menanggung kerugian ekonomi dan bisnis akibat penundaan investasi, rusaknya jaringan pasokan dan terganggunya pasar akibat bencana alam ini.

Penelitian Maplecroft juga mengungkapkan meningkatnya risiko kerusuhan sosial, gangguan keamanan pangan, korupsi, pelanggaran hukum serta risiko politik di seluruh negara tersebut.

Contoh, ketika bencana banjir melanda Thailand pada tahun 2011, Thailand tidak hanya kehilangan 9% dari Produk Domestik Brutonya, namun juga harus menanggung kerusakan infrastruktur yang belum juga pulih hingga saat ini. Thailand menempati ranking 32 dalam Natural Hazards Relative Economic Exposure Index dan termasuk negara berisiko tinggi.

Banjir juga berdampak pada operasi dan sistem pasokan perusahaan-perusahaan swasta seperti industri otomotif dan perusahaan teknologi, informasi dan komunikasi (ICT). Perusahaan penyimpanan data (hard-drives) hanya mampu memenuhi dua pertiga permintaan tahun lalu mendorong kenaikan harga “hard disk” hingga 55%.

Bencana banjir juga terjadi di Filipina baru-baru ini, berdampak pada 2,7 juta penduduk dan menewaskan setidaknya 66 orang. Dalam 20 tahun terakhir, tercatat 274 bencana alam telah melanda negeri ini.