Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Perang di Tingkat Elit Bersifat Wacana, Kader Jangan Baperan
Oleh : Redaksi
Sabtu | 07-01-2023 | 16:52 WIB
paloh-puan1.jpg Honda-Batam
Elit PDI Perjuangan Puan Maharani dan Partai Nasdem, Surya Paloh. (detik.com)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Politikus PDI Perjuangan (PDIP) Deddy Yevri Sitorus menjelaskan perang di kalangan elit politik sifatnya wacana dan lumrah terjadi. Berbeda pendapat hal biasa dalam perpolitikan dan jangan sampai disalahartikan hingga "baperan".

"Kalau perang di tingkat elit itu sifatnya wacana, sifatnya lebih kepada di awang-awang. Dan itu biasa saja kalau menurut saya. Karena setiap kali mereka beda pendapat masih dimungkinkan ngopi bareng, ketawa bareng, enggak baper, " kata Deddy dalam diskusi virtual bertajuk 2023 Tahun Turbulensi Politik yang disiarkan MNC Trijaya, Sabtu (7/1/2022).

"Ini kan yang jadi persoalan ketika yang di bawah baperan. Kalau di atas berbeda pendapat, ada silang pendapat itu natural dalam demokrasi. Tapi kemudian jika diterjemahkan di bawah atau dilakukan mobilisasi, itu yang menjadikan kita khawatir," imbuhnya.

Deddy mencontohkan bagaimana jagat maya riuh usai pencalonan Anies Baswedan. Hal semacam ini menurutnya bisa diredam jika pemahaman yang baik diberikan oleh para elit politik.

"Kita lihat sejak Pak Anies dicalonkan, bagaimana Twitter, IG, Facebook, dsb penuh dengan serang menyerang yang luar biasa. Kita tidak tahu apakah itu organik atau kah memang kelompok-kelompok yang berdiri secara independen, atau jejaring? Kita berharap di atas di tingkat elit itu memberikan pemahaman ke bawah sehingga tidak membuat keterbelahan," ucap Deddy.

Deddy menegaskan, yang terjadi di tingkat atas hanya perang wacana atau power politic, sehingga jangan sampai diterjemahkan sebagai konflik atau permusuhan.

Di acara yang sama, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ade Irfan Pulungan mengatakan elit politik sangat diperbolehkan untuk berargumentasi, tapi dengan catatan tidak memanas-manasi publik.

"Silahkan saja berargumentasi, tapi konteksnya jangan memanas-manasi kepentingan kita di masyarakat," ujarnya.

Ia menyinggung apa yang terjadi pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 sebagai pengalaman pahit yang jangan sampai terulang kembali.

"Kita punya pengalaman pahit di Pemilu 2019, satu keluarga pilihannya berbeda bisa berkelahi. Isu-isu, hoaks-hoaks jangan kita munculkan lagi. Marilah kita berargumentasi, dan kalau berkampanye di media sosial, lakukanlah yang edukasi," katanya.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha