Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

11 Inovasi Atasi Kekeringan dan Krisis Pangan
Oleh : dd/hc
Selasa | 14-08-2012 | 16:14 WIB

BATAM, batamtoday - Perubahan iklim mengancam keamanan pangan. Namun solusi tersedia untuk menciptakan industri pertanian yang berkelanjutan.


Berita terbaru dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), pekan lalu (6/8/2012) menyebutkan, tahun ini, total produksi padi dunia diprediksi turun 7,8 juta ton – menjadi 724,5 juta ton – dibanding perkiraan April lalu akibat curah hujan di wilayah India yang di bawah normal.

Penurunan produksi juga diprediksi terjadi di Kamboja, Korea Utara, Korea Selatan, Nepal, Taiwan, dan sejumlah provinsi di China.

Laporan ini melengkapi krisis perubahan iklim yang mengancam keamanan pangan yang saat ini tengah terjadi di sejumlah wilayah dunia. Amerika Serikat misalnya, negeri Paman Sam ini mengalami kekeringan terburuk sejak 1988. Menurut laporan Worldwatch Institute yang diterbitkan awal Agustus (2/8), sebanyak 88% ladang jagung dan 77% ladang kedelai di AS terkena dampaknya. Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memberikan bantuan pada 1,584 wilayah di 32 negara bagian dan memeringatkan kenaikan harga pangan tahun depan.

Amerika Serikat adalah produsen jagung dan eksportir produk pertanian terbesar di dunia. Kenaikan harga padi-padian (grain) di AS akan berdampak pada harga pangan dunia. Negara yang mengimpor produk jagung, kedelai dan turunannya dari AS pasti akan terkena dampaknya.

Proyek Nourishing the Planet (www.NourishingthePlanet.org) memberikan 12 inovasi pertanian yang – jika diterapkan – mampu menciptakan industri pertanian yang tahan bencana kekeringan dan berkelanjutan. Kami mengambil 11 inovasi yang relevan dengan kondisi di Tanah Air. Berikut adalah inovasi-inovasi tersebut:

1. Wana tani (Agroforestry): Menanam pohon di sekitar lahan pertanian mampu mencegah erosi, melindungi lahan dari angin kencang dan hujan deras. Akar pohon juga bisa memerkuat tanah meningkatkan produktivitas dan ketahanan lahan.

2. Tata kelola tanah (Soil management): Merotasi tanaman mampu memulihkan kesuburan dan nutrisi lahan, memungkinkan tanah untuk beristirahat dan mencegah hama tanaman. Upaya pemulihan lahan (soil amendments) bisa dilakukan dengan menggunakan biochar (arang) yang mampu menjaga kelembapan tanah dan menjaga kandungan air dan nutrisi bagi akar tanaman di kala kekeringan.

3. Meragamkan jenis tanaman: Sistem monokultur (mono-cropping) hanya akan menarik hama dan penyakit tanaman. Selain pola produksi, memerkenalkan pola konsumsi produk pertanian yang beragam bisa membantu meningkatkan keamanan pangan dan mengurangi risiko ketergantungan pangan serta kerusakan akibat hama dan penyakit.

4. Meningkatkan produktifitas ternak: Perbaikan tata kelola peternakan bisa meningkatkan kuantitas susu dan daging tanpa perlu menambah jumlah hewan ternak yang berdampak negatif pada lingkungan. Di India, para petani mampu memroduksi susu lebih banyak dengan meningkatkan kualitas pangan.

5. Meragamkan asal-usul ternak (livestock breeds): Hampir sama dengan prinsip keanekaragaman tanaman, keanekaragaman ternak mampu meningkatkan ketahanan ternak terhadap penyakit dan perubahan lingkungan.

6. Program Senin Tanpa Daging atau “Meatless Mondays”: Menghindari mengonsumsi daging setidaknya sekali dalam seminggu bisa mengurangi kebutuhan daging sekaligus meningkatkan ketersediaan daging di pasar domestik dan global. Saat ini, untuk memroduksi 1 kilogram daging, diperlukan 7 kilogram padi-padian (grain) dan 100.000 liter air. Industri daging menyumbang 18% emisi gas rumah kaca produksi manusia dan mengonsumsi 23% air pertanian.

7. Sistem irigasi yang lebih pintar: Hampir 50% air irigasi komersial dan perumahan terbuang karena penguapan, terbawa angin, kesalahan desain dan pemakaian yang berlebihan. Semua ini bisa diatasi dengan pemasangan sensor air, teknologi irigasi mikro dan merancang taman dan lahan pertanian yang hemat air dengan memilih tanaman dan lokasi yang tepat sehingga bisa mengurangi kelangkaan air.

8. Sistem pertanian terintegrasi: Sistem pertanian mandiri seperti “permaculture”, akan mampu meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas pertanian dengan pemakaian sumber daya alam seefisien mungkin. Hal ini bisa dilakukan dengan mendaur ulang air limbah dan menanam kelompok tanaman yang saling mendukung pertumbuhannya.

9. Pertanian organik dan ramah lingkungan: Pertanian organik dan ramah lingkungan didesain untuk meningkatkan kesuburan tanah, kesehatan tanaman dan ternak yang perkembangannya selaras dengan ekosistem lokal. Hasil penelitian menunjukkan sistem ini mampu meningkatkan produktivitas pertanian hingga 50% dengan sumber daya yang terbatas. Hal ini berbeda dengan sistem rekayasa genetis yang biasanya hanya meningkatkan hasil pertanian hingga 10% namun mengorbankan struktur dan ketahanan tanaman.

10. Membantu para petani kecil: Para petani kecil terlibat aktif dalam produksi pertanian. Mereka biasanya lebih parah terkena dampak bencana alam dan fluktuasi harga komoditas dibanding para petani sekala industri yang banyak menikmati subsidi dari pemerintah.

11. Penelitian dan Pengembangan (R&D): Penelitian yang dilakukan oleh perusahaan terkadang terkompromi oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan. Pemerintah diharapkan memberikan pendanaan yang cukup agar upaya ini berhasil mengatasi masalah kelaparan dan kekurangan gizi tanpa terkompromi oleh tujuan perusahaan.