Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Debu dari Asia Cemari Amerika Utara
Oleh : dd/hc
Sabtu | 11-08-2012 | 13:43 WIB

MARYLAND, batamtoday - Setiap tahun debu, polusi dan partikel-partikel lain dari Asia terbang melintasi samudera mencemari udara di wilayah Amerika Utara.


Hal ini terungkap dari siaran pers lembaga antariksa Amerika Serikat, NASA, minggu lalu (2/8). NASA dan sejumlah dosen peneliti berhasil menghitung jumlah dan komposisi partikel yang melayang di udara sampai ke wilayah Amerika Utara setiap tahun.

Dengan menggunakan model satelit 3-Dimensi para ilmuwan menemukan bahwa debu – dan bukan polusi – yang mendominasi kandungan bahan-bahan impor ini.

Menurut analisis satelit NASA, sebanyak 64 juta ton debu, polusi dan partikel-partikel lain yang berdampak pada iklim dan kesehatan terbang melintasi samudra dan tiba di wilayah Amerika Utara setiap tahun.

Jumlah ini hampir sama dengan total jumlah produksi aerosol domestik yang mencapai 69 juta ton per tahun yang berasal dari proses alami, sektor transportasi dan sumber-sumber industri. Hasil penelitian ini telah diterbitkan dalam jurnal Science pada hari yang sama.

“Penelitian ini adalah penelitian pertama yang membantu memahami cara material mini dalam volume besar ini bergerak mengelilingi bumi dan berdampak pada iklim dan kualitas udara,” ujar Hongbin Yu, peneliti dari University of Maryland yang menyusun laporan ini.

Mengamati bagaimana partikel-partikel mikro ini terbang dan berdampak pada pemanasan dan pendinginan bumi selama ini menjadi salah satu tantangan paling sulit dalam penelitian tentang iklim.

Debu dan partikel-partikel polusi bisa terbang ke atmosfer dan bersirkulasi selama berhari-hari melintasi batas wilayah geografis sebelum menetap kembali ke bumi.

Yu dan rekan-rekan peneliti lain memerkirakan, sebanyak 88% (56 juta ton) debu yang singgah di wilayah Amerika Utara setiap tahun berasal dari partikel impor yang terbang melintasi Samudra Pasifik. Pergerakan debu ini paling aktif terutama pada musim semi dimana terjadi banyak badai dan angin yang membawa mereka melintasi Samudra Pasifik.

Model pergerakan aerosol dunia mengungkap, 60-70% debu yang singgah ke Amerika Utara setiap tahun berasal dari Asia. Sisanya (30-40%) berasal dari Afrika dan Timur Tengah.

Partikel-partikel debu adalah mineral dalam ukuran yang sangat kecil yang berasal wilayah kering atau wilayah dengan karakteristik seperti padang pasir. Angin menerbangkan partikel-partikel super ringan ini tinggi ke atmosfer dimana mereka kemudian dibawa oleh angin yang lebih kuat mengelilingi bumi.

Jika debu mampu terbang tinggi ke atmosfer, partikel polusi bersifat sebaliknya. Partikel hasil pembakaran hutan, bahan bakar fosil dan pertanian ini bersirkulasi di dekat permukaan bumi memengaruhi kualitas udara dan memicu masalah kesehatan pada manusia.

Debu yang terbang tinggi ke udara tidak terlalu berpengaruh pada kesehatan manusia namun berdampak signifikan pada iklim global.

Salah satu dampaknya adalah dampak pendinginan. Debu dan partikel-partikel ini memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa. Menurut para peneliti, partikel-partikel ini mampu mengurangi dampak radiasi matahari di wilayah Amerika Utara hingga sepertiganya.

“Secara global dampak pendinginan ini diharapkan mampu menutupi pemanasan akibat gas rumah kaca,” ujar Lorraine Remer, ilmuwan dari University of Maryland, yang turut menyusun laporan ini.

Debu dan polusi udara ini menurut para peneliti juga mampu mengubah sirkulasi udara dan memicu pembentukan awan yang berdampak pada perubahan pola hujan. Debu dan partikel-partikel halus yang mendarat di salju, terutama di wilayah Amerika Serikat bagian barat, juga akan memercepat mencairnya es dan memengaruhi ketersediaan air di wilayah tersebut.