Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Korban Meninggal Gempa Cianjur Capai 268 Orang, 151 Lainnya Masih dalam Pencarian
Oleh : Redaksi
Selasa | 22-11-2022 | 17:56 WIB
foto_tangkapan_layar_bnpb_b.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Letjen TNI Suharyanto kepada wartawan di posko utama penanganan bencana gempa Pendopo Kabupaten Cianjur, Selasa (22/11/2022) (Foto: Tangkapan Layar)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, jumlah korban meninggal dunia dan luka-luka akibat gempa magnitudo 5,6 di Kabupaten Cianjur terus bertambah.

Data pada Selasa (22/11/2022) mencatat sekitar pukul 17.00 WIB jumlah korban meninggal dunia sudah mencapai 268 orang, dan sebanyak 151 orang yang masih dalam pencarian.

"Dari 268 korban meninggal, yang sudah teridentifikasi siapa-siapa jenazahnya sebanyak 122 orang," ujar Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto kepada wartawan di posko utama penanganan bencana gempa Pendopo Kabupaten Cianjur, Selasa (22/11/2022) sore.

Selain kepala BNPB, ikut mendampingi Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dan Bupati Cianjur Herman Suherman. Selain 268 orang meninggal dan teridentifikasi ada korban hilang sebanyak 151 orang yang masih dalam pencarian.

Selain korban meninggal dan hilang, kata Suharyanto, ada sebanyak 1.083 orang luka-luka serta warga mengungsi sebanyak 58.362 orang. Selanjutnya kerugian materiil rumah rusak berat 6.570 unit, rusak sedang 2.071 unit, dan rusak ringan 12.641 unit.

Sisanya, lanjut Suharyanto, masih dilakukan pendataan. Daerah terdampak gempa sebanyak 12 Kecamatan yakni Cianjur, Karangtengah, Warungkodang, Cugenang, Cilaku, Cibeber, Sukaresmi, Bojongpicung, Cikalongkulon, Sukaluyu, Pacet dan Gekbrong.

Suharyanto menambahkan, di 12 kecamatan ini sudah berdiri tempat pengungsian dan bahkan jumlahnya bertambah. Namun, tempat pengungsian terpusat di masing-masing kecamatan bagi pengungsi korban gempa di kecamatan itu.

Di sisi lain ada warga mendirikan warga tenda seadanya di dekat rumah masing-masing. Di mana BNPB, TNI, Polri, kementerian lembaga, dan semua stakeholder akan membantu mendampingi. Harapannya, sambung Suharyanto, semua yang mengungsi di dekat rumah masuk ke pengungsian terpusat karena terjamin dari segi pelayanan dan logsitik.

Kepala BNPB menambahkan, pihaknya memastikan posko komando penanganan darurat sudah beroperasi. Setiap pukul 07.00 WIB kegiatan fokus masih tanggap darurat dan melakukan pencarian dan evaluasi penanganan. Khusus 151 korban masih hilang, lanjut Suharyanto, diharapkan dalam masa tanggap darurat berakhir dapat ditemukan dan diidentifikasi.

Apabila tidak ditemukan dan dinyatakan hilang dan semoga semua korban bisa ditemukan baik selamat maupun meninggal. "Setiap pukul 17.00 WIB akan lakukan konpers untuk menyampaikan perkembangan penanganan harian seperti korban bertambah dan kegiatan lainnya semua komando posko," ujarnya.

Selanjutnya akan dilakukan rapat evakuasi pukul 19.00 WIB terkait kegiatan dan tidak ada yang bergerak tanpa komando penanganan dan pengungsi. Di sisi lain bantuan kepada masyarakat akan dipusatkan di posko utama terkait pendistribusian. Di posko ada yang bertanggungjawab pada logistik dan pendisitribusian.

Suharyanto mengatakan, pengungsi mendapatkan fasilitaa lebih baik berupa tenda besar dan representatif baik pemda, TNI, Polri Kemensos, BPBD, BNPB dan tenda bantjluan lain. Diharapkan tidak menggunakan tenda seadanya.

Terkait logistik kata Suharyanto sudah distribusi melalui dapur umum kepada warga di tenda pengungsian semua terlayani. Kalau belum sempurna dan belum terlayani akan diperbaiki.

Bahaya Longsor
Sementara itu, BMKG memperingkatkan soal bahaya longsor dampak gempa M 5,6 di Cianjur. Material imbas gempa bisa longsor ketika hujan turun terus-menerus.

Kepala BMKG Dwikorita awalnya menjelaskan soal intensitas hujan pada Desember di Jawa Barat. Hal ini bisa berpotensi menyebabkan longsor.

"Kita sebentar lagi masuk bulan Desember dan Jawa Barat ini relatif tidak memiliki musim kemarau, jadi hujan terus hingga perlu disiapkan, diwaspadai adanya potensi bencana ikutan seperti longsor," ujar Dwikorita.

Dia menjelaskan material rontokan lereng imbas gempa perlu diwaspadai. Material yang membendung sungai ini bisa longsor juga karena hujan terus-menerus.

"Dan yang cukup penting untuk diwaspadai adalah material rontokan lereng-lereng akibat gempa. Banyak titik longsor. Material-material tersebut dapat membendung lembah sungai di lereng atas, dan apabila hujan turun terus menerus akhirnya bendung air hujan itu bisa mendesak onggokan tanah longsor tadi. Akhirnya jebol sebagai banjir bandang," tuturnya.

"Sehingga yang perlu dijaga adalah upaya untuk dari PUPR untuk membersihkan onggokan-onggokan yang di atas," lanjutnya.

Kondisi seperti ini pernah terjadi di beberapa tempat lain. Salah satunya yang terjadi di Palu.

"Hal tersebut juga terjadi saat peristiwa di Palu dan juga gempa di Sumatera Barat di Pasaman. Dan di beberapa tempat lainnya," jelasnya.

Editor: Surya