Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Taksi Idaman
Oleh : Redaksi
Rabu | 08-08-2012 | 15:34 WIB

Oleh : Nurul Mahfud


Masyarakat Batam nampaknya harus bersabar menunggu satu tahun lagi, untuk dapat menikmati pelayanan taksi yang menjadi impian. Aksi demonstrasi ribuan pengemudi taksi yang dilakukan di depan kantor Walikota Batam, sukses membatalkan niat Pemerintah Kota Batam untuk menghadirkan taksi Blue Bird yang berkelas nasional di Batam.

Terdapat catatan penting yang dapat dijadikan pelajaran dari lahirnya keputusan Pemerintah Kota Batam yang memberikan jangka waktu satu tahun kepada pengelola taksi di Batam untuk berbenah diri. Catatannya adalah, Pemerintah kota Batam terkesan gegabah, baik ketika merumuskan untuk mendatangkan taksi berkelas nasional di Batam maupun ketika membuat keputusan mencabut izin operasional taksi Blue Bird.

Riwayat kehadiran taksi Blue Bird dimulai pada Maret 2012, ketika Dinas Perhubungan Kota Batam membuka lowongan kepada perusahaan untuk mengisi kekurangan 701 taksi dari kebutuhan 3.000 taksi hingga 2013. 

Kebijakan Dinas Perhubungan ini seolah tidak belajar dari pengalaman. Padahal sebelumnya, di tahun 2011, pengelola taksi di Kota Batam juga melakukan penolakan kehadiran Silver Cab sebagai operator taksi baru di Batam. Seperti halnya penolakan Silver Cab, tuntutan dicabutnya izin Blue Bird pun memiliki alasan yang sama, yaitu kekhawatiran akan mengurangi pendapatan pengemudi taksi saat ini.

Namun, kita juga tidak bisa memisahkan faktor ketidaksiapan persaingan usaha antara operator taksi yang ada saat ini dengan operator taksi yang baru sebagai penyebab utama penolakan ini. Oleh karena itu, sebelum membuka kembali lowongan untuk perusahaan taksi baru, semestinya dinas perhubungan lebih dulu bersikap tegas mengambil langkah memberikan batas akhir kepada para operator taksi untuk berbenah diri. 

Sangat disayangkan ketegasan tersebut baru muncul ketika Pemerintah Kota Batam didesak oleh gerakan massa pengemudi taksi untuk membatalkan izin operasi taksi yang telah lolos seleksi dan dianggap mampu meningkatkan kompetisi. Akibatnya, Pemerintah Kota Batam pun harus rela dianggap tidak berkomitmen dalam membuat kebijakan, yang berdampak langsung pada iklim investasi di Batam.

Dalam dunia bisnis dan investasi, kepastian menjadi satu hal yang penting. Sebagaimana yang dikatakan oleh Mohammad Donk Ghanie, Pengamat Ekonomi Indonesian Investment Studies (INDVEST), "Tidak adanya kepastian hukum menjadi faktor utama terthambatnya investasi di daerah. Jika tidak segera diperbaiki, maka investor akan semakin menjauh. Sayangnya gangguan tersebut seringkali dibiarkan.”

Taksi Idaman

Saat ini memang sudah waktunya taksi di Batam berbenah diri menyesuaikan dengan kota Batam yang menargetkan diri sebagai kota global. Namun bagi masyarakat, sesungguhnya persoalan taksi di Kota Batam adalah terletak pada pelayanan yang dapat dinikmati oleh penumpang. Sehingga persaingannya bukanlah terletak pada operator taksi, namun bagaimana pengemudi taksi dapat memberikan pelayanan terbaik kepada penumpangya.

Menurut penulis, pelayanan yang dinantikan oleh masyarakat Batam terdiri dari tiga faktor. Pertama, faktor keamanan. Aksi kriminalitas di dalam angkutan umum merupakan salah satu hal yang paling ditakuti masyarakat yang menggunakan angkutan umum. Dibandingkan angkutan umum yang lain, taksi dianggap sebagai angkutan umum mewah. Oleh karena itu sudah semestinya taksi bisa memberikan jaminan keamanan yang lebih meyakinkan para penumpangnya.

Jaminan keamanan itu dapat diberikan dengan adanya logo perusahaan/koperasi taksi, berplat kuning, terdapat identitas pengemudi di dashboard dan tidak menggunakan kaca gelap. Selain itu, untuk lebih menguatkan jaminan keamanan, pihak perusaaan atau koperasi taksi dapat melarang adanya pengemudi taksi tembak dan memfasilitasi taksi dengan perangkat GPS sehingga keberadaan armada dapat dimonitor dan mengantisipasi pengalihan lokasi yang dituju penumpang. 

Kedua, faktor kenyamanan menjadi hal yang diinginkan setiap orang, termasuk ketika menggunakan kendaraan umum. Bentuk kenyamanan yang dapat diberikan oleh taksi kepada penumpangnya diantaranya adalah tampilan taksi yang mencerminkan taksi terawat dengan baik, pengemudi yang berseragam rapi dan ramah terhadap penumpang, call center serta untuk lebih memuaskan penumpang, penyediaan jasa pengembalian barang penumpang yang tertinggal bisa diterapkan.

Ketiga adalah kesesuaian harga. Pemasangan argo menjadi sebuah keharusan untuk terwujudnya kesesuaian harga. Dengan menggunakan argo, maka setiap penumpang dapat mengukur jauh dekat perjalanan menuju tujuan berikut ongkosnya. Sehingga muncul asas kesesuaian untuk membayar jarak yang jauh atau jarak yang dekat. Argo juga menghindari adanya pengemudi-pengemudi nakal yang menetapkan harga sesukanya.

Semoga jangka waktu satu tahun yang diberikan oleh pemerintah kota Batam cukup untuk menghadirkan taksi idaman ini untuk dinikmati oleh masyarakat Batam. Dalam jangka waktu ini pula dinas perhubungan harus bekerja keras menertibkan masih maraknya taksi plat hitam, serta masyarakat kota Batam juga sebaiknya mulai membiasakan memilih menggunakan taksi yang sesuai dengan aturan dinas perhubungan (berargo) agar target pembenahan taksi di kota Batam mampu tercapai.

Penulis adalah Humas PD KAMMI Kepri dan Pengurus Gerakan Kepulauan Riau Gemar Menulis (GKGM)