Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pembangunan Bendungan Wujudkan Ketahanan Pangan
Oleh : Opini
Sabtu | 25-06-2022 | 08:20 WIB
A-BENDUNGAN-INDONESIA.jpg Honda-Batam
Salah satu bendungan di Indonesia. (Foto: Ist)

Oleh Aldia Putra

PEMERINTAH terus berupaya mewujudkan ketahanan pangan di tengah ancaman krisis global, salah satunya melalui pembangunan bendungan. Dengan adanya infrastruktur tersebut, irigasi persawahan dan perkebunan dapat terpenuhi dan stabilitas pangan dapat terjaga.

Indonesia adalah negara agraris dan sejak masa Orde Baru sudah swasembada beras. Hasil tani Indonesia tidak hanya dinikmati oleh rakyatnya tetapi juga diekspor ke berbagai negara.

Untuk mempertahankan swasembada beras dan mencapai ketahanan pangan, maka pemerintah membangun berbagai bendungan, yang akan melancarkan pasokan air sehingga pertanian jadi lancar.

Staf Ahli Menteri PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) Bidang Teknologi Industri dan Lingkungan, Endra S. Atmawidjaja menyatakan bahwa Kementerian PUPR menyelesaikan 3 bendungan baru yakni Bendungan Way Sekampung di Provinsi Lampung, Bendungan Paselloreng di Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan, dan Bendungan Kuningan di Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat.

Endra melanjutkan, pembangunan ketiga bendungan itu adalah program Proyek Strategis Nasional (PSN). Tujuannya untuk mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia karena berkat adanya bendungan, ada tambahan tampungan air. Akibatnya, kontinuitas suplai air irigasi ke lumbung-lumbung pangan nasional terjaga.

Ketahanan pangan adalah kondisi di mana kebutuhan pangan masyarakat tercukupi, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Jika ada bendungan tentu makin bagus karena pasokan air bisa didapatkan secara teratur, baik di musim hujan maupun kemarau.

Saat ada bendungan maka ada pengaturan air di suatu daerah. Misalnya ketika musim hujan, bendungan akan menampung air dan tidak terjadi banjir. Sawah dan kebun rakyat akan aman dari bahaya banjir yang biasanya merusak.

Sebaliknya, ketika kemarau, air dari bendungan akan dialirkan ke sawah dan kebun. Akibatnya tidak ada cerita sedih tentang gagal panen akibat kurangnya suplai air.

Di Indonesia, ketahanan pangan memang wajib dijaga, karena pemerintah ingin mempertahankan swasembada beras. Jangan sampai gara-gara tidak ada yang mendukung pertanian, hasil panen jadi selalu kurang.

Akibatnya masyarakat jadi tergantung dengan beras impor yang harganya di atas rata-rata. Indonesia sejak dulu dikenal sebagai negara agraris, sehingga ketika impor beras akan sangat memalukan.

Jika harga beras tinggi akibat impor maka yang sengsara adalah rakyat kecil karena mereka akan kesulitan pangan. Pemerintah tentu tidak ingin masyarakat menjadi menderita dan terus berupaya memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Oleh karena itu bendungan-bendungan terus dibangun dan mega-proyek ini terus diwujudkan demi kemakmuran rakyat dan membentuk ketahanan pangan nasional.

Masyarakat mendukung penuh pembangunan bendungan-bendungan di Lampung, Kuningan, dan Wajo. Pembangunan bendungan di tempat-tempat itu dirasa tepat karena mendukung para petani. Pada bulan Agustus tahun 2021, Bendungan Kuningan dibangun dan hasilnya panen raya di bulan Mei tahun 2022 mengalami surplus.

Ketika panen terus surplus maka ketahanan pangan akan selalu terjaga.
Sementara itu, Bendungan Paselloreng di Wajo mendukung Pertanian Terpadu yang ada di daerah tersebut. Berkat suplai air dari bendungan maka Kawasan Pertanian Terpadu makin subur.

Hasil tani unggulannya adalah jagung, dan akan ditambah juga dengan jeruk dan kelapa. Para petani bisa menjualnya dengan harga bersaing dan sebagian dikonsumsi sendiri, sehingga ketahanan pangan keluarganya terbentuk.

Keberadaan berbagai infrastruktur, termasuk bendungan terbukti banyak memiliki kontribusi positif. Dengan adanya bendungan tersebut, ketersediaan pangan di Indonesia diharapkan tetap dapat stabil di tengah ancaman gejolak pangan yang saat ini dikhawatirkan banyak pihak.*

Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini Jakarta