Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Meneropong Perubahan Strategi Keamanan di Papua
Oleh : Opini
Sabtu | 23-04-2022 | 13:13 WIB
A-ilustrasi-separatisme-papua210.jpg Honda-Batam
Ilustrasi Papua bagian dari NKRI. (Foto: Ist)

Oleh Robert Krei

PEMERINTAH berencana mengubah kebijakan di Papua guna menyelesaikan persoalan keamanan di Papua. Hal itu diutarakan Wapres KH. Maruf Amin bahwa rencana pengubahan strategi dari defensif pasif menjadi defensif dinamis.

Kelompok Separatis dan Teroris (KST) makin menampakkan kekejiannya dengan melakukan penyerangan berturut-turut di Papua. Setelah membakar rumah dan menganiaya warga, mereka juga membunuh seorang tukang ojek.

 

Masyarkat geram karena kejahatan ini bukan untuk pertama kalinya. Mereka berharap KST lekas diberantas agar keamanan dan perdamaian di Bumi Cendrawasih bisa terwujud.

Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin menyatakan bahwa pemerintah berencana mengubah strategi keamanan di Papua. Awalnya adalah defensif pasif tetapi diubah jadi defensif dinamis. Harus ada perubahan strategi dalam mengawal masyarakat agar mereka tidak jadi korban.

Namun untuk detailnya Wapres belum memaparkan karena masih dirumuskan dan dikoordinasikan dengan Kementrian Hukum dan HAM, Kepolisian, dan Badan Intelijen Negara.

KST memang makin sadis karena banyak sekali korban penyerangan, yang tidak hanya dari kalangan aparat tetapi juga warga sipil. Padahal masyarakat yang jadi korban amat dibutuhkan bagi sesama, seperti meninggalnya seorang bidan yang tentu merugikan karena para mama bingung mencari siapa Nakes yang bisa menolong ketika akan melahirkan.

Pengubahan strategi dari defensif pasif diubah jadi defensif dinamis dilakukan demi keamanan warga. Jika strategi pemberantasan KST lebih dinamis dan masif maka diharap mereka lebih cepat ditangkap hingga ke akar-akarnya. Mereka tidak bisa lagi melukai atau membunuh masyarakat sipil karena takut akan kehadiran aparat di mana-mana.

Memang sempat ada pergantian nama dari Satgas Nemangkawi menjadi Satgas Damai Cartenz. Namun fungsinya sama yakni menangkap anggota-anggota KST. Dengan pengubahan strategi menjadi defensif dinamis maka Satgas Damai Cartenz sudah siap sedia dan semangat dalam memberantas kelompok pemberontak tersebut.
Walau ada kata 'damai' dalam Satgas Damai Cartenz tetapi bukan berarti damai alias diam-diam saja.

Tugas satgas adalah mengamankan masyarakat sehingga yang diwujudkan adalah perdamaian di tengah warga sipil. Caranya tentu dengan penangkapan KST karena mereka telah lancang dengan menyerbu masyarakat beberapa kali dalam seminggu.

Strategi keamanan yang diubah menjadi lebih dinamis amat diapresiasi oleh warga sipil Papua. Pasalnya, mereka sudah lelah ketika menghadapi KST. Jika dulu KST hanya turun gunung dan pamer senjata api ketika ulang tahun OPM (tanggal 1 desember) maka sekarang mereka makin gencar dalam melancarkan aksinya.

Jangan sampai makin banyak masyarakat yang jadi korban tembakan KST sehingga strategi pertahanan secara dinamis wajib dilakukan sekarang juga. Keselamatan warga harus diutamakan karena jika KST menyerang, mereka tentu tidak punya senjata sebagai alat untuk membela diri. Kita wajib mencegah holocaust terjadi di Papua gara-gara kekejaman KST.

Masyarakat juga mendukung langkah pemerintah dalam memberantas KST. Pasalnya, jika dibiarkan saja maka mereka bisa makin menjadi-jadi. KST menyerang tak hanya di dunia nyata tetapi juga di dunia maya dengan menyebarkan hoaks dan propaganda. Warga sipil yang mengetahui bahwa itu hoaks akan bisa membantu pemerintah dengan melaporkannya ke polisi siber.

Rencana perubahan strategi defensif pasif menjadi defensif dinamis mendapat apresiasi dari masyarakat. Perubahan tersebut diharapkan dapat memberikan keleluasaan bagi Apkam untuk menindak tegas KST, sehingga stabilitas keamanan di Papua dapat terjaga.*

Penulis adalah mahasiswa Papua bermestautin di Yogyakarta