Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ramadhan Momentum Hentikan Hoaks dan Ujaran Kebencian
Oleh : Opini
Senin | 18-04-2022 | 12:54 WIB
A-RAMADHAN-KARIM.jpg Honda-Batam
Ilustrasi bulan suci Ramadhan. (Foto: Ist)

Oleh Muhammad Yasin

TREN hoaks hingga ujaran kebencian merupakan perilaku negatif yang bertentangan dengan ajaran Islam. Fenomena tersebut harus dihentikan apalagi di momentum bulan Suci Ramadhan.

Sebagai manusia yang beradab, utamanya sebagai umat Muslim, tentu kita harus mampu untuk bisa saling menjaga kedamaian.

Apalagi dengan agama Islam yang disebut sebagai 'rahmat bagi seluruh alam', maka tentunya dampak baik harus terus kita sebarkan ke masyarakat. Ketenangan di masyarakat serta upaya untuk terus bisa menghargai kelompok yang berbeda harus terus kita gencarkan.

Momentum paling baik untuk melakukan itu semua tentunya pada saat bulan Ramadhan seperti sekarang ini. Jadi bukan hanya sekedar kita bisa berlatih untuk menahan lapar dan dahaga semata, namun kita juga harus mampu menahan diri dari berbagai jenis nafsu serta hal-hal yang tidak baik. Seperti contoh menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian dalam bentuk apapun dan ditujukan kepada siapapun.

Apalagi di tengah dunia yang serba digital seperti sekarang ini, banyak sekali masyarakat yang sangatlah mudah mengakses apapun di media sosial mereka melalui ponsel mereka masing-masing. Sehingga kemungkinan untuk terjadinya saling lempar ujaran kebencian hingga hoaks seolah sudah menjadi fenomena umum karena kita bisa bersembunyi di balik akun media sosial dengan identitas yang berbeda.

Perilaku demikian jelaslah bukan perilaku yang baik, Islam tentu tidak akan pernah memperbolehkan umatnya untuk melakukan hal seperti itu. Justru sebaliknya, meski di tengah gempuran media sosial dan juga mudahnya akses untuk ke mana saja melalui dunia digital seperti sekarang ini, sebagai umat Muslim yang baik hendaknya kita terus menyebarkan kebaikan.

Setidaknya terdapat dua hal yang mampu membuat orang seolah menjadi sangat mudah untuk terus menebarkan hoaks dan ujaran kebencian di media sosial mereka.

Pertama adalah karena identitas yang bisa disamarkan tersebut dan yang kedua adalah mereka selalu bersembunyi di balik nama kebebasan berpendapat atau demokrasi. Padahal hal itu sama sekali tidak mencerminkan akhlak seorang Muslim yang baik.

Seperti diungkap oleh Mantan Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, Riri Khariroh bahwa bulan suci Ramadhan ini sama sekali tidak boleh dikotori oleh hal-hal yang buruk termasuk ujaran kebencian atau hasutan dalam bentuk apapun untuk membenci kelompok lain.

Maka dari itu menurutnya di bulan yang penuh berkah seperti ini, menjadi momentum paling tepat bagi seluruh Muslim untuk mempraktikkan akhlakul karimah.

Berbagai hal yang kiranya tidak ada bermanfaat harus mampu kita tahan dan juga kita hindari sebagaimana esensi dari Ramadhan itu sendiri. Kita juga harus mampu untuk tidak mudah terjebak untuk mengkonsumsi berita-berita bohong atau hoaks yang banyak bertebaran di media sosial, apalagi sampai menyebarkannya.

Ujaran kebencian dan hoaks merupakan praktik kotor yang dapat menyulut emosi, sehingga mampu menciptakan konflik dan perpecahan bangsa. Padahal, bangsa Indonesia perlu merawat persatuan dan kerukunan sebagai modal utama untuk dapat maju dan berkompetisi dengan bangsa lainnya.

Oleh sebab itu diperlukan kesadaran kuat masyarakat untuk bersama-sama mencegah hal tersebut.

Ramadhan adalah momentum kita untuk bisa lebih mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa dengan terus mengupayakan perilaku baik dalam hal apapun, termasuk terlibat dalam menghentikan hoaks dan ujaran kebencian.

Dengan adanya kesadaran bersama tersebut, kerukunan dan persatuan Indonesia dapat terus terjaga.*

Penulis adalah Mahasiswa IAIN Kendari Sulawesi Tenggara