Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Spirit Perjuangan Sang Alap-alap Simokerto Hadir Kembali di Tugu Pahlawan Surabaya
Oleh : Saibansah
Selasa | 22-03-2022 | 09:08 WIB
A-DRAMA-ACHIJAT-SUROBOYO.jpg Honda-Batam
Para pemain drama kolosal perjuangan Letnan Achijat di Tugu Pahlawan Surabaya. (Foto: Ist)

KISAH heroik Letnan Achijat , sang alap-alap Simokerto --salah satu tokoh dalam peristiwa perobekan warna biru bendera Belanda di Hotel Yamato Surabaya 19 September 1945, hadir kembali. Meski tubuh pahlawan kemerdekaan itu telah bersemayam dalam pelukan ibu pertiwi, tapi semangat juangnya kembali dihadirkan dalam sajian teater kolosal di Monumen Tugu Pahlawan Surabaya.

Bagaimana keseruan teater yang digelar oleh Front Kolosal Surabaya itu? Berikut penuturan putra sang alap-alap Simokerto, Akbar Achijat, kepada wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah Dardani.

UPDT Tugu Pahlawan dan Musium 10 Nopember, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surabaya, kawasan Tugu Pahlawan Surabaya, dan Musium 10 Nopember, menggandeng komunitas Front Kolosal Surabaya (FKS) menggelar teater kolosal acara perjalanan hidup kepahlawanan Letnan Achijat, sang alap-alap dari Sektor Timur di Monumen Tugu Pahlawan Surabaya, Minggu 20 Maret 2022 pagi.

Pagi itu, pukul 06.00 WIB, saat car free day, kawasan Tugu Pahlawan Surabaya mulai ramai. sebagian warga mengira sedang ada tawuran, karena sudah mulai ada rencana orang yang membawa senapan laras panjang. Lalu, sebagian lainnya memakai seragam pejuang 'tempo doloe', lengkap dengan 'bom pipa' yang bisa dikeluarkan secepatnya. Sehingga, Tugu Pahlawan pagi itu dipenuhi warga.

Ternyata, begitu sampai di dalam area Tugu Pahlawan, tidak ada tawuran di sana. Yang ada adalah pagelaran teatrikal yang menampilkan kisah heroik pahlawan pejuang kemerdekaan, Letnan Achijat. Meskipun pagelaran teatrikal itu dimulai pukul 08.00 WIB, tapi warga sudah mulai berdatangan sejak pukul 06.00 WIB.

Ketua FKS merangkap sutradara acara, Robert Bayoned mengungkapkan, teater ini digelar untuk menarik minat masyarakat berkunjung ke tempat wisata sejarah dan museum. Tentu saja, sebagai sarana edukasi sejarah yang menarik bagi masyarakat agar mereka lebih mengenal sejarah bangsanya sendiri. Juga, mengenal pahlawan yang telah berjasa memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Teatrikal kolosal yang dipadukan dengan gaya ludrukan khas Surabaya ini menjadi menarik karena dekat dengan kebudayaan warga Surabaya. "Cerita ini sangat inspiratif, sepak terjang Letnan Achijat dari muda hingga terbentuknya pasukan alap-alap menjadi inspirasi penggugah semangat generasi muda," ujar Robets Bayoned.

Di sekitar area teater, terpampang dua banner besar yang memuat foto-foto perjalanan hidup sang pahlawan, yang bernama asli Mochammad Achijat. Dimulai dari sejak sang alap-alap muda mengikuti kepanduan di usia belasan tahun. Lalu, saat menjadi pengusaha muda, masa perjuangan, masa bakti di TNI, lalu kembali menjadi pengusaha sukses di Jawa Timur hingga akhir hayat.

Dalam foto tersebut tampak Achijat muda turut serta bersama para arek-arek Suroboyo yang lain berusaha memanjat menara Hotel Yamato untuk merobek warna biru dari bendera Belanda yang berkibar di sana.

"Selain itu terdapat banner yang menampilkan foto Letnan Achijat saat insiden perobekan bendera Belanda pada tanggal 19 September 1945. Berbeda dengan foto-foto yang beredar selama ini tentang peristiwa di Hotel Yamato tersebut, foto tersebut merupakaan koleksi pribadi keluarga yang didapatkan dari Arsip Nasional RI," ujar putra sang alap-alap Simokerto, Akbar Achijat.

Meskipun hingga hari ini, sosok misterius di balik tewasnya Jenderal Malabi masih menyisakan beberapa versi dan masih menjadi tanda tanya, namun nama Achijat jelas-jelas ada dalam peristiwa itu. Seperti yang disampaikan Komisaris Jenderal (Komjen) Polisi Dr. H M. Yasin pada sebuah surat kabar. Yasin mengungkapkan, Letnan Achijat berada di samping mobil Jenderal Mallaby lalu berlari ke arah Jembatan Merah untuk bersembunyi sebelum mobil tersebut meledak.

Komjen Moehammad Jasin dikenal sebagai 'Bapak Brimob Polri' yang juga adalah sahabat seperjuangan Moch. Achijat, menghembuskan nafas terakhirnya, Kamis, 3 Mei 2012 pukul 15.30 WIB dalam usia 91 tahun di RS Polri Kramat Jati Jakarta.

"Sungguh benar-benar super hero kisah perjalanan hidup Letnan Achijat ini, di usia 17 tahun, keberaniannya dan kontribusinya dalam perjuangan sangat luar biasa," tambah sang sutradara teater, Robets Bayoned.

Selain Akbar Achijat, saat pertunjukan teater dimainkan, hadir pula keluarga besar Abdurachman dan Joyo Rais, yang merupakan kakek dan ayah Letnan Achijat, juga berdatangan dari kota-kota sekitar seperti Pasuruan, Malang, Bangkalan Madura, Kediri dan lain-lain.

"Hadir juga keluarga besar Moch Achijat lain, yaitu putranya yang aktif di setiap acara peringatan seperti ini, Nurmansyah, Faisal, teman-teman dari Sekolah Dasar Dorowati, serta beberapa cucu Alki Kiramin, Agung Nugroho dan Nadia, yang ikut membantu panitia dan penyelenggara acara," ungkap Akbar Achijat.

Alki Kiraamim, cucu dari sang pahlawan yang juga hadir di Tugu Pahlawan bersama ayahanda Nurmansyah Achijat, menuturkan kisah kakeknya saat berjibaku merobek bendera Belanda. Sampai akhirnya terkena pecahan kaca.

"Dalam insiden perobekan bendera Belanda, celana almarhum kakek terkena pecahan kaca, sehingga kakek tidak berhasil untuk naik ke puncak menara dan digantikan oleh orang yang dipanggulnya untuk naik ke puncak menara," tutur Alki.

Alki menambahkan, kakek selalu terlibat langsung dalam peristiwa penting dan bersejarah dan tak pernah absen. Selain insiden perobekkan bendera Belanda di Hotel Yamato, kakek juga ikut dalam perang tiga hari dengan kekalahan tentara sekutu, insiden gedung internatio yang dimulai dengan pelucutan senjata Jenderal Malaby dan perwira pendampingnya oleh kakek. Hingga terbunuhnya Jenderal Malaby dan pucak klimaksnya pertempuran 10 Nopember 1945 selama kurang lebih 14 hari.

Dan Pertempuran 'Merdeka atau Mati' arek-arek Suroboyo itulah yang terbukti menyelamatkan kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, karena Belanda, yang mendompleng kekuatan sekutu yang baru memenangkan Perang Dunia 2, sebenarnya belum rela melepaskan Indonesia dari cengkeramannya.

Kami keluarga besar menyampaikan terima kasih kepada semua pendukung acara pendukung perjuangan H Moch Achijat di Monumen Tugu Pahlawan Surabaya. Para pemuda Surabaya sangat luar biasa kreativitas dan semangatnya dalam mengembangkan perjuangan para pahlawannya, maka tepatlah bahwa Surabaya sampai saat ini dibanggakan sebagai Kota Pahlawan ," kata Akbar Achijat penekan.

Editor: Dardani