Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Air dan Tanah Bersejarah dari Kepri Bersatu dalam Bejana Nusantara di Titik Nol Ibu Kota Negara
Oleh : Redaksi
Senin | 14-03-2022 | 20:04 WIB
bejana-nusantara.jpg Honda-Batam
Gubernur Kepri, Ansar Ahmad saat menyaksika Presiden RI Joko Widodo menyatukan air dan tanah dari seluruh penjuru Indonesia di Bejana Nusantara, Titik Nol IKN Nusantara, Kalimantan Timur, Senin (14/3/2022). (Diskominfo Kepri)

BATAMTODAY.COM, Batam - Gubernur Kepulauan Riau, H Ansar Ahmad hadir langsung dan membawa sendiri tanah dan air dari Kepri untuk disatukan dengan seluruh tanah dan air dari penjuru Indonesia dalam sebuah Bejana Nusantara, Senin (14/3/2022). Prosesi penyatuan tanah dan air ini dilakukan di Titik Nol Kilometer Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kalimantan Timur.

Sebanyak 34 Gubernur dari penjuru Indonesia, termasuk Gubernur Kepulauan Riau, masing-masing menyerahkan tanah dan air yang mereka bawa kepada Presiden RI Joko Widodo. Kemudian Presiden memasukkan langsung air dan tanah tersebut dalam Bejana Nusantara yang sudah disiapkan. Prosesi ini sebagai simbol penyatuan tanah air Indonesia di pusat IKN Nusantara.

Hadir dalam kesempatan itu Ibu Negara RI, Iriana Joko Widodo; Ketua MPR RI, para Menteri Kabinaet Indonesia Maju. Pada saat prosesi penyatuan tanah dan air, Presiden didampingi Gubernur Kalimantan Timur, Isran Noor.

Diawali dengan Gubernur DKI, Jakarta Anis Baswedan yang membawa tanah dan air, yang diserahkan kepada Presiden, kemudian dilanjutkan Gubernur Aceh, Nova Iriansyah dan seterusnya. Gubernur Kepulauan Riau H Ansar Ahmad mendapat kesempatan menyerahkan tanah dan air yang dia bawa setelah Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

Gubernur Kepulauan Riau, H Ansar Ahmad menyampaikan, air dan tanah yang dibawa dari Kepri merupakan air dan tanah yang memiliki nilai historis dan erat kaitannya dengen kearifan budaya lokal. Yakni, tanah yang diambil dari Daik-Lingga dan air yang diambil dari sumur di Balai Adat, Pulau Penyengat.

"Kita yakin jika seluruh Gubernur dari setiap provinsi juga membawa tanah dan air yang diambil dengan asal-muasal sumber yang bisa mewakili daerahnya. Dan melalui proses penyatuan ini, semoga saja seperti yang kita harapkan, bisa menyatukan Indonesia, berkah dan guyub," kata Gubernur Ansar, demikian dikutip laman Diskominfo Kepri.

Sebelumnya, Gubernur Ansar telah menjelaskan, alasan tanah yang diambil dari Daik-Lingga. Menurut Ansar, tanah ini berada di lokasi Struktur Cagar Budaya Bekas Tapak Istana Damnah yang dibangun pada tahun 1860 semasa Kesultanan Lingga-Riau, Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II (1857-1883), serta dibantu oleh yang Dipertuan Muda Riau X, Raja Muhammad Yusuf Al-Ahmadi beserta Pemaisurinya (istri) Tengku Embung Fatimah. Tepatnya tanah yang dibawa diambil dari lokasi Balai Bertitah (Singgasana) tempat Balai Pemerintahan Sultan yang merupakan Balai Bagian Bekas Istana Sultan Lingga - Riau terakhir di Daik-Lingga Kabupaten Lingga, Bunda Tanah Melayu.

Sesuai sejarah, istana Damnah tahta pemerintahannya ketika itu diteruskan oleh Tengku Embung Fatimah (1883-1883) sebagai pemerintahan sementara, lalu dilantiklah dan dinobatkannya Anandanya Raja Abdul Rahman menjadi Sultan Lingga - Riau pada Tahun 1875 dengan gelar sultan Abdulrahman Muazzam Syah (1885-1991) yang merupakan Sultan Lingga-Riau terakhir.

"Berdasarkan sejarah, sumber tanah yang kita bawa ini sangat erat kaitannya dengan sejarah dan nilai-nilai leluhur Melayu di Kepri," jelas Ansar.

Adapun alasan membawa air dari sumur Balai Adat Pulau Penyengat Indera Sakti dikarenakan banyak yang mengatakan bila seseorang ke Tanjungpinang, Kepulauan Riau belumlah lengkap jika belum bertandang ke Pulau Penyengat serta minum atau sekedar cuci muka menggunakan air di Pulau tersebut.

Saat ini, situs-situs bersejarah yang ada di Pulau Penyengat sedang diusulkan kepada UNESCO (Badan PBB untuk Pendidikan dan Kebudayaan) untuk menjadi situs warisan dunia. "Air tawar itu hingga saat ini tetap bisa dinikmati oleh masyarakat setempat dan para wisatawan yang datang berkunjung.

Ada beberapa sumur di Penyengat dan salah satunya adalah yang berada di bawah gedung Balai Adat Pulau Penyengat yang berfungsi sebagai tempat untuk menyambut tamu atau mengadakan perjamuan bagi orang-orang penting," ujar Ansar lagi.

Sumur yang dimaksud oleh Gubernur Ansar tersebut hanya memiliki kedalaman sekitar 2,5 meter. Meski demikian tidak pernah kering sepanjang tahun walaupun di musim kemarau. Bahkan air sumur yang ditemukan sejak abad ke-16 tersebut tidak masin seperti kebanyakan sumber air yang berada dekat laut, walaupun sumur tersebut terletak hanya sekitar 30 meter dari pantai.

Editor: Gokli