Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Singapura Kaji Rencana Tambah Kuota Impor Sayuran dari Indonesia
Oleh : redaksi
Selasa | 17-07-2012 | 11:18 WIB
Khaw-Boon-Wan.jpg Honda-Batam
Menteri Pembangunan Negara (MPN) Singapura, Khaw Boon Wan, foto:CyberitaAsia

SINGAPURA, batamtoday - Pemerintah Singapura saat ini sedang mengkaji kemungkinan adanya penambahan impor sayuran dari Indonesia. Meningkatnya produksi sayuran di Indonesia menjadi potensi tersendiri bagi Singapura untuk menutupi kebutuhan negara itu yang selama ini mayoritas ditopang dari China dan Malaysia.


Dalam tulisan di blog prinadinya, Selasa(17/7/2012), Menteri Pembangunan Negara (MPN) Singapura, Khaw Boon Wan menjelaskan, saat ini terdapat potensi cukup besar bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor sayurannya ke Singapura. Saat ini pemerintah Singapura sedang menghitung kemungkinan potensi tersebut dapat dimaksimalkan.

"Terdapat potensi bagi Indonesia untuk meningkatkan eksportnya ke Singapura. Kami juga sedang mengusahakan bagaimana memberi kemudahan lalulintas barang logistik dari Indonesia ke Singapura," tulis Khaw Boon Wan.

Saat ini, lanjut Khaw Boon Wan, persediaan sayuran di Singapura lebih didominasi hasil pertanian di China dan Malaysia. Setidaknya 43 persen sayuran yang dijual dipasaran Singapura berasal dari Malaysia. Di posisi kedua, diduduki China sebanyak 29 persen. Peningkatan produksi sayuran di China dalam 10 tahun terakhir membuat persaingan semakin ketat, dan berimbas pada menurunya jumlah ekspor dari Indonesia.

"Jika pada tahun 2002 Indonesia mampu mengirim 32 ribu ton, tahun 2011 sayuran yang didatangkan dari negeri Jiran itu (Indonesia.red) hanya 21 ribu ton," jelas Khaw Boon Wan dalam tulisannya.

Selain itu, rendahnya harga sayuran yang didatangkan dari China juga menjadi penyebab menurunnya ekspor Indonesia ke Singapura. Sebagai contoh, harga kentang yang didatangkan dari China di Singapura dijual S$0.40, sedangkan ketang Indonesia dijual S$0.65. 

"Terpaut 25 sen membuat penjualan kentang Indonesia menurun drastis. Kini China mampu menjual 16 ribu ton lebih, kentang di Singapura, sedangkan Indonesia hanya berkisar 4 ribu ton," jelas Khaw Boon Wan. 

Karena itu, kedepan Singapura akan mengkaji kembali untuk melihat persoalan utama yang dihadapi Indonesia terkait dengan menurunnya ekspor ke Singapura. 

"Kami akan mencari tahu, apa penyebab pasti, terutama bagaimana pembiayaan pertanian di Indonesia dan bagaimana arus logistik pengiriman serta hal-hal lain yang membuat harga sayuran Indonesia tidak mampu bersaing. Tidak hanya itu, kami juga akan memetakan pertanian tradisional di Indonesia yang selama ini menjadi sentra sayuran kemudian mengusahakan sarana promosi mereka," tulis Khaw Boon Wan mengakhiri.