Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Komite III DPD RI Usulkan Grand Design Keolahragaan agar Atlit Berprestasi
Oleh : Irawan
Selasa | 14-09-2021 | 08:20 WIB
slviana_murni_b.jpg Honda-Batam
Ketua Komite III DPD RI Sylviana Murni (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Komite III DPD RI melakukan kunjungan kerja dalam rangka inventarisasi materi penyusunan pandangan pendapat DPD RI terhadap RUU tentang Sistem Keolahragaan Nasional di Provinsi Banten, Senin, 13/9/2021.

Menurut Ketua Komite III DPD RI Sylviana Murni, Indonesia membutuhkan desain besar olahraga agar atlit bisa berprestasi tinggi. Dengan demikian, atlit-atlit yang menjadi juara itu karena desain tersebut, bukan faktor kebetulan atau by accident.

Sylviana, senator asal DKI Jakarta ini juga menjelaskan bahwa dalam RUU Sistem Keolahragaan Nasional, Pasal 69, diusulkan alokasi 2% APBN dan APBD untuk olahraga.

"Hal ini merupakan bentuk komitmen Komite III DPD RI untuk memajukan olahraga dan meningkatkan prestasi olahraga," tegasnya.

Contoh, PON Papua hampir batal, namun atas upaya DPD RI yang menghadirkan Kemenpora, KONI, KOI, dan pihak-pihak terkait, maka PON bisa tetap dilaksanakan.

Sylviana menjelaskan, Pemda diharapkan mendukung PON Papua dengan menyediakan anggaran untuk tim, baik atlit maupun official sehingga PON ini akan sukses dan atlit meraih prestasi.

Hasan Basri senator asal Kalimantan Utara, mengingatkan bahwa, keberhasilan usulan 2% di atas sangat membutuhkan dukungan para kepala daerah, dan kelak jika berhasil, dibutuhkan komitmen pelaksanaan norma UU ini.

"Jangan sampai seperti halnya dana pendidikan, banyak daerah belum bisa melaksanakan 20% anggaran pendidikan," katanya.

Bambang Sutrisno senator asal Jawa Tengah menyoroti soal nasib pelatih.

"Pelatih yang melahirkan atlit berprestasi, agar bisa diakomodir untuk menjadi pegawai di BUMN atau pemerintahan, melalui revisi UU ini," tuturnya.

Senada dengan itu, Mirati Dewaningsih senator asal Maluku, mengusulkan agar standarisasi bonus atau penghargaan bagi atlit yang berprestasi perlu menjadi perhatian bersama.

"Jika bonus tidak jelas atau tidak standar, maka atlit akan tidak tertarik untuk berlomba," katanya.

Sylviana juga mengingatkan bahwa, perlu kajian mendalam tentang dibolehkannya CSR untuk mendukung pembinaan dan pengembangan olahraga.

"Pihak swasta perlu melibatkan diri agar prestasi olahraga atlit Indonesia berkembang pesat," jelasnya.

Editor: Surya