Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ditolak 10 Rumah Sakit, Pasien Covid Meninggal di Taksi
Oleh : Redaksi
Senin | 18-01-2021 | 10:28 WIB
mobil-jenazah11.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Seorang pasien terinfeksi covid-19 asal Depok, Jawa Barat meninggal di dalam taksi usai ditolak 10 rumah sakit rujukan khusus covid-19.

Hal ini diungkapkan Lapor Covid-19 dan Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) melalui keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com, Senin (18/1/2021).

"Salah seorang keluarga pasien di Depok melaporkan pada 3 Januari 2021 anggota keluarganya meninggal di taksi daring setelah ditolak 10 rumah sakit rujukan covid-19," ujar relawan Lapor Covid-19 Tri Maharani.

Belum ada tanggapan dari Satgas Covid-19 Pemerintah Kota Depok tentang informasi meninggalnya pasien covid tersebut. CNNIndonesia.com masih berupaya menghubungi Pemerintah Kota Depok untuk meminta keterangan.

Tri mengatakan, total terdapat 23 laporan kasus pasien yang ditolak rumah sakit karena penuh, pasien meninggal di perjalanan, dan meninggal di rumah karena ditolak RS sejak Desember 2020 hingga awal Januari 2021.

Menurut Tri, laporan ini berasal dari berbagai wilayah Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Berkaca pada laporan tersebut, ia memperingatkan bahwa penanganan pandemi di Indonesia saat ini berada dalam kondisi genting lantaran kapasitas rumah sakit yang semakin padat.

Tri menilai hal itu telah terjadi sejak November tahun lalu yang diperburuk dengan pelaksanaan Pilkada Serentak 2020 dan libur panjang akhir tahun.

"Tanda-tanda kolaps layanan kesehatan sebenarnya sudah terindikasi sejak September 2020, yang kemudian mereda pada periode pemberlakuan PSBB di Jakarta. Jelang pertengahan November 2020, Pilkada Serentak dan libur Nataru memperburuk ketidakmampuan RS menampung pasien," terangnya.

Tri juga mengungkap sistem rujuk antarfasilitas kesehatan yang tidak berjalan dengan baik. Akibatnya banyak warga yang memerlukan penanganan darurat kesehatan tidak mengetahui harus ke mana.

Kondisi ini, menurut Tri, diperparah dengan permasalahan sistem kesehatan yang tak kunjung diatasi, di antaranya keterbatasan kapasitas tempat tidur, minim perlindungan tenaga kesehatan, dan ketiadaan sistem informasi kesehatan yang diperbarui real-time.

Tri mengingatkan pada pemerintah untuk memberikan perhatian lebih kepada tenaga kesehatan. Hingga 15 Januari lalu, tercatat sudah 620 tenaga kesehatan meninggal akibat covid-19.

Tren terbaru menunjukkan, mereka yang meninggal semakin banyak dari kalangan tenaga kesehatan yang bertugas di fasilitas layanan primer, seperti puskesmas dan klinik.

"Jika tidak segera diatasi, semakin banyak warga meninggal hanya karena otoritas abai memberikan hak atas layanan dan perawatan kesehatan," ucap Tri.

Untuk itu, ia mendorong pemerintah tak terlena dengan kedatangan vaksin covid-19 sehingga mengabaikan 3T (testing, tracing, treatment) yang menyebabkan lonjakan kasus.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha