Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Menciptakan Laut yang Sehat dan Lestari
Oleh : Redaksi
Selasa | 22-05-2012 | 12:03 WIB

BATAM, batamtoday - Laut yang menutupi 71% permukaan bumi adalah mesin penggerak ekonomi dan sumber keamanan pangan dunia.

Hal ini terungkap dalam buku terbaru berjudul “Little Green Data Book 2012” yang diterbitkan oleh Bank Dunia, pekan lalu.

Buku ini berisi data-data lingkungan penting yang akan membantu pemerintah menciptakan kebijakan yang lebih efektif guna memaksimalkan hasil pembangunan.

Sekitar 61% dari total Gross National Income (GNI) dunia berasal dari wilayah berjarak antara 100 kilometer dari garis pantai. Dan menurut data dari UNEP dan FAO, laut menyediakan 16% protein hewani bagi seluruh populasi di bumi.

Laut mendukung perekonomian dunia dengan berbagai cara. Laut adalah sarana transportasi dan pengiriman barang, sumber minyak, gas dan bahan-bahan mineral, selain sumber daya perikanan dan tempat pariwisata.

Sektor perikanan laut dan budidaya perikanan di darat (aquaculture) menjadi sumber kehidupan bagi 250 juta penduduk dunia. Nilai penjualan makanan laut ini mencapai US$190 miliar. Ekosistem kelautan yang sehat sangat penting guna menghasilkan semua manfaat ini.

Laut juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan karbon dan bisa mengurangi dampak perubahan iklim. Laut juga menjadi sumber energi baru dan terbarukan.

Namun dibalik semua manfaat tersebut, peran laut bagi perekonomian dunia terus menurun akibat prilaku manusia yang tidak menjaga ekosistem alaminya. Ekosistem kelautan saat ini terus mengalami kerusakan, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dunia.

Sebanyak 85% dari sumber perikanan laut dunia saat ini telah tereksploitasi penuh, bahkan ada yang telah tereksploitasi melebihi kapasitas sehingga aset-aset kelautan yang ada semakin menipis. Kerugian akibat praktik penangkapan ikan secara berlebihan (overfishing) ini mencapai US$50 miliar.

Dengan tata kelola yang lebih baik, sektor perikanan dunia bisa menjadi sumber kemajuan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama di negara-negara kepulauan kecil yang tengah berkembang (Small Island Developing States).

Karena tanpa kita sadari, praktik pertanian yang tidak ramah lingkungan juga membawa kerusakan bagi ekosistem kelautan.

Pemakaian pupuk nitrogen secara berlebihan telah menciptakan “zona-zona mati” (dead zones) di samudera yang luasnya mencapai 250.000 km2 atau setara dengan luas wilayah Britania Raya.

Kerusakan di wilayah pesisir pantai juga telah mengakibatkan hilangnya habitat perikanan. Diperkirakan 35% dari hutan bakau (mangrove) dunia telah rusak dan telah berubah fungsi.

Sebanyak 20% terumbu karang di bumi juga telah rusak dalam beberapa dekade terakhir, dengan lebih dari 20% lainnya terus menurun kualitasnya, sementara 30% dari habitat rumput laut juga telah mengalami kerusakan. Semua data-data penting di atas dalam buku ini.

Menurut Bank Dunia, apabila kita bisa mengelola dan menciptakan laut yang sehat dan lestari, nilai aset kelautan dunia akan meningkat dari US$120 miliar menjadi US$900 miliar. Negara-negara di Asia akan menjadi wilayah yang paling merasakan manfaatnya.