Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Batam Terancam Kehilangan Investasi Asing
Oleh : Ocep
Kamis | 17-05-2012 | 16:58 WIB
oka_simatupang.jpg Honda-Batam

Oka Simatupang, Ketua HKI Batam.

BATAM, batamtoday - Himpunan Kawasan Industri menilai konflik hubungan industrial yang sering terjadi di Kota Batam semakin mengkhawatirkan dan sudah mengancam potensi dan keberadaan investasi asing di kawasan bebas ini.

Oka Simatupang, Ketua Himpunan Kawasan Industri (HKI) Kota Batam, mengungkapkan intensitas unjuk rasa dan mogok kerja buruh yang kerap terjadi di Batam sudah berdampak terhadap investasi asing.

“Sekarang ini, kerjaan rutin kami setiap hari itu menjawab keluhan dan pertanyaan investor asing yang beroperasi di Batam,” ujarnya, Kamis (17/5/2012).

Namun Oka tidak bersedia menyebutkan investor asing mana saja yang telah melontarkan keluhan atau pertanyaannya.

Yang pasti, katanya, keluhan atau pertanyaan yang sering dilontarkan para investor adalah soal maraknya aksi unjuk rasa atau mogok kerja yang sering dilakukan buruh beberapa waktu terakhir akibat perselisihan hubungan industrial dengan pihak manajemen perusahaan.

Selain itu, Oka juga mengatakan pihaknya sudah banyak menerima banyak keluhan dari pengelola kawasan-kawasan industry di Batam yang menyoal masalah yang sama.

Karena itu, dia menilai seringnya aksi unjuk rasa atau mogok kerja yang terjadi di kota ini telah memicu preseden buruk bagi Batam sebagai tujuan investasi asing.

Tercatat, sejak tahun lalu aksi unjuk rasa atau mogok kerja sering terjadi di perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi di Batam, diantaranya PT Unisem, Epson Toyocom, Panasonic Shikoku, Nutune dan yang sedang berlangsung hingga kini di PT Varta Microbattery Indonesia.

Meski sebagian dari perusahaan-perusahaan tersebut mengalami konflik hubungan industrial dengan karyawannya diambang penutupan operasi.

Belum lagi unjuk rasa atau mogok kerja yang dilakukan secara sporadis oleh para pekerja sub-kontraktor di perusahaan-perusahaan galangan kapal.

Menurut Oka, beberapa investor asing sudah tersebut sudah menyiapkan opsi untuk merelokasi investasinya ke negara lain, khususnya Malaysia dan Vietnam.

“Bila kondisi tidak membaik dalam watu dekat, mereka akan relokasi. Mudah saja bagi mereka merelokasi industrinya,” kata Oka.

Namun bagi daerah, hal itu akan menimbulkan kerugian yang besar karena akan menambah tingkat pengangguran.

Ancaman potensi dan keberadaan investasi asing tersebut sudah terlihat beberapa waktu terakhir dimana diyakininya hampir tidak ada perusahaan baru yang beroperasi di Batam atau perekrutan pekerja secara besar-besaran.

“Yang senang kalau kondisi investasi di Batam buruk itu negara-negara tetangga yang menjadi tujuan investasi asing,” sambungnya.

Untuk itu dia berharap kepada setiap pihak terkait untuk bersikap lebih bijaksana dalam menyikapi masalah hubungan industrial yang terjadi.

Aksi unjuk rasa dan mogok kerja menurutnya bukan jalan terakhir yang harus ditempuh untuk memerjuangkan tuntutan para pekerja.

“Masing-masing pihak harus mengevaluasi kondisi yang terjadi. Kondisi ini  harus diwaspadai. Kalau iklimnya masih terus begini, investasi asing di Batam bakal habis. Itu akan memalukan daerah ini sebagai kawasan bebas,” tuturnya.