BATAM, batamtoday - Usaha petani lele lokal di Batam semakin terdesak seiring dengan mendominasi lele impor yang harganya relatif lebih murah dibanding lele lokal di sejumlah pasar. 

Kondisi seperti ini jelas membuat para petani lele lokal semakin resah dan mengeluh karena biaya pembudidayaan lele membutuhkan biaya yang sangat tinggi, sementara persaingan pasar kalah dengan lele impor.

Seorang petani lele lokal di daerah Barelang, Sumarto mengaku usaha yang dia geluti saat ini mengalami kerugian secara drastis lantaran hasil pane lele miliknya tak bisa dipasarkan semua ke seluruh pasar di Batam. Sehingga, biaya yang dikeluarkannya untuk usaha pembudidayaan lele lokal tersebut tak bisa berkembang bahkan mengalami kerugian. 

"Gimana tak rugi mas, hasil panen tak bisa dipasarkan karena lele impor sudah mendominasi di semua pasar. Inlah mas, modal saja kadang tak bisa balik," keluhnya.

Dari segi harga, kata Sumarto jelas berbeda. Dimana lele impor mampu dijual dengan harga berkisar Rp15 ribu per kilogram. Sementara, lele lokal kita buat harga berkisar Rp18 ribu sampai Rp20 ribu. Harga tersebut sebetulnya sudah tergolong murah jika kalikan dengan biaya yang mereka keluarkan dari awal sampai panen.

"Saya sendiri bingung, dari segi harga tak jauh beda tapi masih aja lele impor lebih diminati," sebutnya.

Secara kualitas, sebut Sumarto, lele lokal jauh lebih bagus dibanding lele impor. Hal ini bisa dibuktikan saat digoreng lele lokal jauh lebih garing, sementara lele impor masih terlihat lembek.

"Kasat mata saja, sudah jelas beda lele lokal terlihat segar kalau lele impor terlihat pucat," terangnya.

Untuk memajukan usaha ternak lele lokal ini, para petani meminta dukungan pemerintah dalam mengurangi dan membatasi impor lele yang saat ini mendominasi pasar di Batam.

"Pemerintah dalam hal ini harus membatasi impor lele, dan membantu pengembangan usaha ternak lele lokal," harapnya.