Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Cengliong Tinggalkan Surat Wasiat Permintaan Maaf untuk Keluarga
Oleh : Gokli/Dodo
Jum'at | 13-04-2012 | 19:22 WIB
01Surat-Wasiat.gif Honda-Batam

Surat wasiat yang ditulis Cengliong, sesaat sebelum dirinya gantung diri.

BATAM, batamtoday - Cengliong (28) warga Perumahan GMP Blok B/23,Seibeduk tewas gantung diri lantaran putus asa dengan kekasihnya dan juga masalah penyakit yang dia derita selama ini. Sebelum mengakhiri hidupnya, pria tersebut meninggalkan surat wasiat permintaan maaf sekaligus kata perpisahan bagi saudara dan ibu kandungnya yang ada di kampung halaman, Jumat (13/4/2012) sore. 

Informasi yang dihimpun batamtoday di lapangan, Cengliong bekerja sebagai penagih utang asal Sidikalang, Sumatera Utara ini nekat mengahiri hidupnya dengan cara gantung diri lantaran mempunyai masalah keluarga dan juga menderita suatu penyakit yang belum diketahui pasti. 

Sebelum mengahiri hidupnya, Cengliong sempat menulis selembar surat permintaan maaf dan juga kata terakhir untuk ibu dan kakak serta adiknya. 

"Inilah Anak Ku yang terkasih, Tuhan ampunilah dosa yang saya perbuat. Begitu juga dengan saudara-saudaraku samua mohon ampun ya Tuhan, ampunilah segala dosaku. Amin"  tulisan awal berupa doa di surat wasiat yang dibuatnya. 

Tulisan selanjutnya " Untuk kakak dan adikku, maafkan aku ya kak, dek." 

Selain kedua tulisan pembuka ini, Cengliong juga menulis kata terakhir buat dua orang kakanya, ibunya, dan seorang adiknya dalam Bahasa Batak. 

"Tu oma ampuni sude kesalahanku da oma, pauba pangalahom. Alani pikiran do sudena. Dohot parsahiton ku mambaen au putus asa. Manetek iluku oma manulis surat on. Sude on oma cobaan na boratdo on" demikian isi suratnya dalam Bahasa Batak yang bila dialihbahasakan berbunyi "Untuk mama, maafkan semua kesalahanku, rubah perbuatanmu. Ini semua karena beban pikiran dan juga penyakit yang saya derita sehingga saya putus asa. Saya nangis waktu menulis surat ini. Bu, ini semua cobaan yang sangat berat." 

"Tu kaka ku si Dahlia, burju ho ito, unang mangalo asa diradoti ito" ("Untuk kakaku Dahlia, baik-baik ya ka, jangan melawan supaya diberi perhatian"). 

"Tu itoko si Tetty, sabar ho ito manaon cabaan i. Nang pe songoni par rumatanggaon ni ito, unang mandele ito da". ("Untuk kakaku Tetty, yang sabar ya ka, menghadapi cobaan ini. Meskipun rumah tanggamu seperti itu, jangan langsung putus asa"). 

"Hata parpududi tu adekku si Karlos. Burjuho da adek unang sogon au abangmon". ("Kata terakhir untuk adekku Karlos. Baik-baik ya dek, jangan seperti saya, abangmu"). 

Itulah tulisan terakhir yang dituangkan Cengliong ke dalam sebuah surat wasiat, beberapa saat sebelum dirinya mengakhiri hidup dengan cara gantung diri.