Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ibu dan Anak Tewas

Diduga Kapal Terbalik Akibat Ombak Kapal Ferry
Oleh : Ali
Kamis | 27-01-2011 | 19:14 WIB

Batam, batamtoday -  Nasib naas menimpa keluarga Una (55), pasalnya Una dan anaknya Mina (19), warga Pulau Todak Kelurahan Ngenang, Nongsa, tewas setelah boat pancung yang ditumpangi tenggelam karena terjangan ombak disertai hujan lebat di kawasan perairan Pulau Todak dan Pulau Kubung, sekitar pukul 18.00 WIB sore, Selasa 25 Januari 2011 lalu.

Sebelum menemukan ajalnya, Una bersama 2 orang anaknya tenggelam ke dalam laut hampir satu jam. Saat dalam kondisi terombang ambing oleh ombak, Una sempat meminta pertolongan kepada warga sekitar yang ada di sekitar bibir pantai Pulau Todak.

Karena saat itu cuaca sangat ekstrim, sehingga warga yang berada di sekitar bibir pantai kesulitan untuk mendengar teriakan minta tolong dari arah laut.
 
Ketua RT 01 Pulau Kubung Ateng mengatakan, Una beserta anaknya tewas setelah kehabisan tenaga karena terlambat mendapat pertolongan. 

Selain terlambat mendapatkan pertolongan, lanjutnya, kemungkinan besar boat pancung ini terbalik karena diterpa gelombang ferry yang melaju.

"Tidak mungkin boat orang ini terbalik kalau terkena ombak aja, Tapi ketika itu, ada ombak tinggi karena ada kapal ferry melaju dengan kecepatan tinggi melintas di dekat mereka," ujar Ateng kepada wartawan, Kamis 27 Januari 2011.

Namun warga sekitar tidak dapat memastikan kapal ferry apa yang melintas di tengah cuaca ekstrim.

Ditambahkan Ateng, sebelum keduanya tewas digulung ombak, salah seorang anak korban yang bernama Inul sempat manarik tangan ibu dan adiknya ke atas permukaan laut, karena ketika itu gelombang cukup tinggi, akhinya genggaman tangannya lepas.

Jenazah Una dan Mina akhirnya berhasil dievakuasi warga yang mendengar teriakan Inul yang minta tolong berjarak 20 atau sekitar 30 meter dari bibir pantai Pulau Todak.

Saat itu, kondisi Inul yang lemas terus memegang jenazah orang tua dan adiknya yang telah berada di atas tulang boat pancung yang terbalik.

"Ketika itu, yang pertama kali mendengar teriakan minta tolong adalah Todak, ketua RT 03 Pulau Todak  hanya saja kondisi cuaca yang ekstrim, sehingga penglihatan kurang baik, tetapi dapat dilihat secara samar-samar melaui suara yang terus minta tolong sambil berenang," cerita Ateng

Dengan penglihatan yang samar-samar, barulah warga yang berada di bibir pantai Pulau Todak melakukan pertolongan.

Sebelum kejadian naas yang menimpa ke ketiga anak beranak ini, mereka baru pulang dari kandang ayamnya yang berada di Pulau Kubang.

Semenatara, prediksi Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Hang Nadim Batam pada saat kejadian naas itu,  tinggi gelombang di perairan Pulau Todak mencapai 2,5 hingga 3 meter.

Namun karena ditambah dengan gelombang kapal ferry, akibatnya gelombang yang menghantam boat pancung korban ini bisa mencapai 4 hingga 5 meter.