Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Isu Penggusuran Hantui Dunia Pendidikan Kaum Marjinal di Batam
Oleh : Nando Sirait
Sabtu | 17-08-2019 | 16:53 WIB
paud-batam1.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Marlin Agustina saat kunjungi KBLA Bukit Timur. (Foto: Nando)

BATAMTODAY.COM, Batam - Pendidikan dasar bagi seluruh anak Indonesia, merupakan suatu kewajiban yang harus diwujudkan pemerintah dalam mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk Indonesia Unggul, sesuai dengan tema Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke-74.

Dalam mewujudkan pendidikan, beragam cara dan upaya dilakukan. Tidak hanya pemerintah, tapi juga pihak swasta yang peduli dengan hak pendidikan dasar setiap anak di Indonesia.

Salah satunya adalah Sekolah Kuntum Batam Litle Angel (KBLA), yang menyediakan pendidikan dasar bagi mereka yang tinggal di kawasan terpinggirkan atau yang kerap disebut kawasan perumahan liar (Ruli) Bukit Timur, Kota Batam.

Hadirnya KBLA sendiri merupakan hasil kerjasama Yayasan Dunia Viva Wanita dan Yayasan Lintas Nusa. Hal ini sesuai dengan penjelasakan Kepala TK KBLA Bukit Timur, Eugnia Yohana Muda. Sekolah yang berada di Kelurahan Tanjung Uma, Kecamatan Lubuk Baja, ini diakui sudah ada sejak di tahun 2010 lalu.

Dalam perjalanannya hingga saat ini, Nia panggilan akrabnya, mengakui telah meluluskan 8 angkatan. Walau di tahun 2017 lalu pihaknya sempat dihadapkan dengan isu penggusuran, yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemko) Batam. Adanya isu ini diakuinya sempat membuat pengurangan jumlah siswa yang ingin belajar di sekolah tersebut.

"Pernah memiliki siswa hingga 80 lebih anak. Namun seiring kegiatan penggusuran sejak tahun 2017 hingga sekarang, jumlah anak-anak yang sekolah di sini semakin sedikit, seperti sampai tahun ini hanya ada 42 anak," ujarnya saat ditemui, Sabtu (17/8/2019).

Walau begitu, dengan didampingi oleh tim guru yang hanya berjumlah 4 orang mengaku tetap berjuang dan semangat dalam memberikan pendampingan dan ilmu bagi para siswa, yang berasal dari keluarga tidak mampu.

Nia juga menambahkan, adapun para siswa yang bersekolah di KBLA Bukit Timur rata - rata orangtua siswa hanya memiliki pekerjaan mulai dari pemulung, buruh bangunan, dan juga security. Namun keterbatasan ekonomi yang dimiliki para orang tua siswa ini, diakui bukan merupakan halangan bagi para anak untuk mengenyam pendidikan dasar.

"Berbeda dengan keberadaan sekolah swasta lainnya, disini kita gak mematok biaya yang tinggi dan memudahkan para orang tua siswa dalam memberikan pendidikan bagi anak - anaknya," lanjutnya.

Walau begitu, kepedulian akan pemenuhan hak pendidikan dasar bagi kaum marjinal ini mulai diperlihatkan oleh pihak pemerintah. Dimana pada tanggal 15 Agustus lalu, Bunda PAUD Kota Batam, Malina Agustina Rudi mengunjungi dan bermain bersama seluruh siswa didik di KBLA Bukit Timur.

Menghabiskan waktu hingga dua setengah jam, Istri Walikota Batam ini juga memimpin permainan dan nyanyian Gernas Baku (Gerakan Nasional Baca Buku), berdialog, memberi motivasi kepada anak-anak dan orangtua mereka untuk mencintai buku dan gemar membaca buku dalam memperluas pengetahuan dan wawasan.

"Waktu kunjungannya kemarin ke sekolah ini, beliau sangat senang sekali. Bahkan beliau sempat memberikan bingkisan berupa buku-buku dan mainan kepada setiap anak di Kuntum Batam Little Angel Bukit Timur," tuturnya.

Senada dengan pemberian hak pendidikan bagi anak - anak yang tinggal di kawasan pinggiran, Ketua Yayasan Lintas Nusa, Pieter P Pureklolong mengaku bahwa keberadaan BKLA tidak hanya ada di kawasan Bukit Timur saja. Namun juga di beberapa kawasan ruli Kampung Air, Kelurahan Baloi Permai, KBLA di ruli Kampung Baru, Kelurahan Sungai Panas, KBLA Teluk Lengung di daerah pinggir laut Keluharan Punggur, dan KBLA Punggur di wilayah pembuangan sampah (TPA) Punggur.

Pembentukan KBLA yang dilakukannya bersama yayasan Dunia Viva Wanita, diakui hanya berlandaskan membantu perkembangan bagi anak kaum marjinal. Pemilihan wilayah marjinal ini juga diakui atas visi dan misi kedua yayasan, dalam mewujudkan akses pendidikan murah.

"Yang kami inginkan hanyalah pendidikan dasar murah, bagi seluruh anak di Kota Batam. Dengan sudah adanya dasar, kami harapkan para anak - anak ini nanti dapat menentukan pilihan mereka kembali. Dan juga hal ini sangat membantu para orang tua yang kita tahu dari kalangan tidak mampu," ungkapnya.

Sebelum membentuk kelima sekolah KBLA ini, Pieter mengaku bahwa gerakan ini berawal dari rumah baca saja. Kemudian hal ini mengalami peningkatan, untuk kemudian membentuk sekolah setingkat TK/Paud karena kebutuhan. Ia juga menimpali dengan kunjungan yang dilakukan oleh Bunda PAUD Batam kemarin, hal ini semakin menunjukkan adanya apresisasi dari Peemko Batam terhadap usaha masyarakat dalam membantu Pemerintah mewujudkan akses pendidikan layak.

"Yang kami butuhkan saat ini hanya suport untuk dapat terus berkembang, dan memberikan yang lebih lagi kepada mereka (siswa). Ini demi menunjang agar mereka dapat mulai berpikir mengenai masa depan mereka, pada saat mulai beranjak dewasa nantinya," tutupnya.

Editor: Yudha