Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kisah Mahasiswa Indonesia Kuliah di Rusia 'Tak Seperti yang Dibayangkan'
Oleh : Redaksi
Rabu | 07-08-2019 | 08:52 WIB
sarah.jpg Honda-Batam
Mahasiswa Indonesia, Sarah. (Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Moskow - Rusia menjadi salah satu negara yang menawarkan beasiswa kepada mahasiswa asal Indonesia. Saat ini tercatat ada sekitar 650 orang mahasiswa asal Indonesia yang belajar di berbagai universitas di Rusia.

Sarah salah satunya. Dia merupakan mahasiswa S2 kedokteran di Bashkir State Medical University di Kota Ufa, Republic Bashkortostan, Rusia. Dia mendapatkan beasiswa di Bashkir State Medical University sejak S1.

Sembari kuliah S2, Sarah saat ini juga menjadi residensi di salah satu rumah sakit di Ufa, yakni di Emergency Response Hospital of Bashkiria.

"Saya dulu dua mahasiswa pertama di universitas itu. Sebelumnya belum ada mahasiswa dari Indonesia di sana," kata Sarah saat berbincang dengan detikcom di Wisma KBRI Rusia, Moskow, Rusia, Senin (5/8/2019).

Sarah mengatakan perjuangannya untuk mendapatkan beasiswa ke Rusia cukup panjang setelah sebelumnya mengenyam pendidikan D3 Fisioterapi di Universitas Indonesia. Namun, dia mengaku keluarganya sangat mendukungnya untuk menuntut ilmu hingga ke benua Eropa ini.

"Saya mendapat support sepenuhnya dari keluarga inti, karena memang sudah bertahun-tahun sebelum itu saya sudah rutin dan giat mencari beasiswa ke berbagai negara," tuturnya.

Ada dua tantangan utama yang dirasakan Sarah selama belajar di Rusia. Pertama, kata Sarah, bahasa menjadi tantangan pertama yang harus ditaklukkannya.

"Tanpa tahu dan menguasai bahasa Rusia maka sulit untuk beraktivitas. Terlebih lagi untuk studi kedokteran. Oleh karena itu, 1 tahun pendidikan bahasa menjadi wajib dan kebutuhan untuk kami semua bisa belajar dan bertahan di Rusia," kata Sarah.

Tantangan kedua adalah iklim. Dia menyebut Rusia sangat dingin dan harus membuatnya belajar bagaimana bertahan di iklim Rusia yang berbeda jauh dengan Indonesia.

"Begitu juga dengan iklim. Iklim dingin di negara ini memang nggak becanda. Dingin, lama juga harus pintar-pintar berpakaian yang sesuai dan makan yang bergizi," tuturnya.

Selain Sarah, ada juga Ratdika Azimatu Sutan atau Dika. Dika kuliah S1 jurusan oil and gas engineering di People's Friendship University of Russia. Sudah 9 bulan Dika tinggal di Rusia.

"Saya saat ini telah selesai di kelas persiapan untuk bahasa dan sedang mempersiapkan diri untuk melanjutkan ke semester 1 perkuliahan. Jadi kalau kuliah di sini mahasiswa asing wajib belajar bahasa Rusia selama 1 tahun," katanya.

Senada dengan Sarah, Dika mengatakan tantangan belajar di Rusia hanyalah bahasa dan cuaca. Dia menuturkan Rusia tak seperti yang orang-orang Indonesia bayangkan. Banyak pandangan-pandangan soal Rusia dan warganya yang ternyata selama ini salah.

"Di sini mereka sangat menghargai setiap perjuangan-perjuangan sehingga dibangunkan lah sebuah museum, patung, nama jalan dan lain-lain," tutur Dika.

"Sebenarnya mereka itu hanya memandang dengan sebelah mata saja, maka karena itu mereka berpikiran negatif dan yang mereka pikirkan itu belum tentu benar malahan menurut saya salah. Rusia tidak seburuk yang orang Indonesia bayangkan," sambung dia.

Terpisah, Wakil Dubes RI untuk Rusia Lasro Simbolon berharap mahasiswa yang menuntut ilmu di Rusia semakin bertambah. Dia mengatakan selama ini pihaknya terus mendorong pemerintah, khususnya pemerintah daerah untuk mengirimkan putra-putri terbaik daerahnya bersekolah di Rusia.

"Kita dorong pemda-pemda untuk kirim ke Rusia untuk belajar. Tapi mereka cuma janji-janji saja. Padahal murah di sini," kata Lasro.

Lasro mengatakan selama ini memang masih banyak warga Indonesia yang berpandangan negatif soal Rusia. Padahal, menurut dia, Rusia jauh dari apa yang dibayangkan orang-orang kebanyakan.

"Rusia tidak seperti yang dibayangkan dan di sini juga banyak universitas yang bagus, khususnya untuk jurusan teknik," ujarnya.

Sumber: Detik.com
Editor: Chandra