Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Rontok Caleg Artis, Popularitas Tak Cukup Rayu Warga
Oleh : Redaksi
Jum\'at | 24-05-2019 | 12:28 WIB
caleg-artis.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Para artis yang mencoba menjadi Caleg. (Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Kegagalan sejumlah caleg artis di Pemilu Legislatif 2019 menunjukkan bahwa popularitas tak selalu menentukan keterpilihan. Faktor pengenalan wilayah dan frekuensi blusukan menjadi penghambat para artis untuk meraih kursi parlemen.

Di Jawa Timur misalnya, provinsi yang dijuluki 'kuburan' bagi para artis, banyak pesohor yang tumbang. Dari 19 artis yang maju di wilayah itu hanya dua yang diprediksi akan lolos ke Senayan. Yakni, Krisdayanti (PDIP), dan Arzeti Bilbina (PKB).

Sementara sisanya, seperti Elma Theana (Partai NasDem), Ahmad Dhani Prasetyo (Partai Gerindra), Manohara Odelia Pinot (Partai NasDem), Banyu Biru Djarot (PDIP), Sundari Soekotjo (PKB), diprediksi gagal.

Tak hanya di Jatim, Provinsi Jawa Barat pun menjadi ladang pertempuran yang sulit ditaklukan para artis. Mereka yang gagal, misalnya, Giring Ganesha (PSI) dan Coky Sitohang (Perindo), Angel Lelga (Perindo), Vicky Prasetyo (PKPI), hingga Mulan Jameela (Partai Gerindra).

Pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai gugurnya para caleg berlatar belakang artis itu menunjukkan bahwa popularitas tak selalu sejalan dengan elektabilitas.

"Artis-artis yang gagal ini menjadi bukti bahwa popularitas yang dimilikinya, sering tampil di TV, dan dikenal, tak sejalan dengan perolehan elektabilitas dan perolehan suara di pemilu ini ya," kata Hendri kepada CNNIndonesia.com, Selasa (21/5).

Hendri menyebut terdapat beberapa faktor kegagalan para artis untuk melangkah ke parlemen. Pertama, kata dia, keberadaan caleg petahana yang sudah punya nama di dapil yang sama dengan para artis itu.

Dia menyebut para caleg petahana dipastikan memiliki berbagai modal politik di wilayah itu. Salah satunya adalah modal sebagai 'selebritas politik', yang membuatnya lebih dulu dekat dengan warga.

"Kan selebritis itu bertaburan saat ini, maka anggota DPR petahana itu termasuk selebritis politik juga tuh, enggak cuma artis-artis aja," kata dia.

Selain itu, Hendri menyebut modal lain yang dimiliki caleg petahana adalah sudah lebih mengetahui seluk-beluk maupun karakter masyarakat di dapilnya. Keunggulan lain caleg petahana adalah investasi politik yang sudah lebih lama ditanamkan di dapilnya.

"Sementara para caleg petahana ini jauh lebih dekat ke rakyat dibanding artis-artis yang baru masuk. Jadi persaingannya itu. Itulah yang membuat mereka kesulitan," kata dia.

Faktor kedua, kata Hendri, adalah faktor blusukan atau terjun langsung ke masyarakat. Ia menilai para caleg artis masih mengandalkan popularitas semata dan kurang untuk melakukan blusukan kepada warga di dapilnya.

Ia sendiri menilai blusukan itu sangat penting bagi para caleg untuk memperkenalkan diri serta meyakinkan masyarakat. Terlebih lagi, kata dia, banyak masyarakat di suatu wilayah yang belum mengetahui ada sosok artis yang memutuskan maju menjadi caleg di wilayahnya.

"Karena mereka bisa memperkenalkan diri mereka sebagai caleg, kan selama ini masyarakat mengenal mereka sebagai selebritis, bukan sebagai politikus," kata Hendri.

Selain itu, Hendri turut menyatakan sistem pileg dan pilpres yang digelar serentak ini menjadi persoalan tersendiri bagi para caleg artis. Ia mengatakan masyarakat akan semakin sulit untuk mengenal lebih jauh para caleg-calegnya karena lebih berfokus pada Pilpres.

"Jadi makin susah rakyat untuk mengingat tokoh-tokoh yang akan dipilih. Apalagi harus bersaing dengan [pemberitaan calon] presiden," kata dia.

Dikutip dari CNN Indonesia TV, presenter Muhammad Farhan yang maju sebagai caleg DPR dari dapil Jabar I mengakui modal popularitas sama sekali tak cukup. Hal itu dibuktikannya dengan nasib salah satu rekannya yang merupakan artis sinetron yang nyaleg pada 2009.

Ketika itu, kata Farhan, sang rekan menyebut tak perlu kampanye karena sudah bermodal popularitas. Hasilnya, kata dia, "kalah habis".

"Sebagai caleg tetap harus datang perkenalkan diri lagi, jelaskan kenapa tidak jadi artis lagi, dan jadi politisi. Itu PR," ucapnya.

"Dan harus yakinkan pula kita nyaleg bukan sekedar gagayaan, tapi punya pekerjaan, punya program," tandasnya.

Sumber: www.cnnindonesia.com
Editor: Chandra