Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Resensi Film 'Sex Killer'

Pembunuh Berdarah Dingin dalam Rupa Kepintaran Manusia Mengelola SDA
Oleh : Hendra
Minggu | 14-04-2019 | 14:04 WIB
sexy_killer.jpg Honda-Batam
Film Sex Killer (Foto: Hendra)

BATAMTODAY.COM, Batam - Semua berawal dari batu bara, di mana sumber utama pasokan listrik di negeri ini terus berjalan, dengan dugaan-dugaan kepentingan perusahaan tertentu yang bermain di balik layar televisi, yang selama ini menyala di setiap rumah kita.

Kebutuhan akan listrik, menjadikan industri tambang batu bara begitu sangat 'sexy' dan menjadi rebutan para pengusaha. Tak tanggung-tangung, mayoritas perusahaan yang bergerak di bidang industri ini banyak berada di lingkaran dua pasangan calon presiden (capres) yang akan berebut tampuk kekuasaan, untuk menjadi orang nomor satu di negeri ini, pada tanggal 17 April 2019 nanti.

Bersama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Batam dan segenap pemuda lainnya di kota Batam yang menamakan diri mereka aktivis dari golongan mahasiswa, pada Sabtu (14/04/2019) malam, bertempatan di salah satu home schooling di perumahan sekitar Kurnia Djaja Alam (KDA), Batam Centre, pewarta menonton film berjudul 'Sexy Killer'.

Film dokumentar garapan Dandhy Dwi Laksono ini adalah gambaran nyata kesekian kalinya Ia produksi dan tampilkan ke khalayak umum. Sama seperti beberapa film dokumentar sebelumnya, 'Samin vs Semen' tentang perjuangan petani Kendeng yang terdesak pabrik semen. 'Kala Benoa' dan 'Rayuan Pulau Palsu' perihal dampak proyek menguruk (menimbun) laut di Bali dan Jakarta.

Serta film dokumentar 'Mahuze', kisah nyata suku Papua yang hidup dan adatnya terancam proyek lumbung pangan dan energi pemerintah. Film 'Sexy Killer' ini juga bercerita tentang kehancuran nyata warga dan petani sekitar proyek tambang batu bara, dan juga sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang pada umumnya membutuhkan batu bara untuk pengoperasian.

Dodo, narasumber dari kegiatan pemutaran film tersebut mengatakan, pada dasarnya 'Sexy Killer' adalah gambaran dari sebegitu menariknya (seksi) suatu tambang bagi pihak-pihak tertentu, dikarenakan keuntungan yang sangat besar mereka dapatkan.

"Namun, di balik itu semua, ada korban yang terus berjatuhan, petani-petani dan rakyat miskin di sekitar area pertambangan," ujarnya.

Secara garis besar, dalam film tersebut dipaparkan kematian anak-anak kecil akibat korban dari danau tambang, danau yang seharusnya direklamasi lagi oleh perusahaan malah mereka biarkan seolah lepas tanggung jawab begitu saja, dan di mana pemerintah yang berkuasa saat itu?

Belum lagi perihal kerusakan wilayah daerah konservasi laut yang dipenuhi karang di sebuah mayapada indah di Pulau Karimunjawa. "Kita lihat sendiri bagaimana kapal pengangkut batubara itu merusak karang-karang laut. Keseimbangannya terancan, nelayan kembali kena imbasnya kalau dibiarkan," ujar Syahputra, salah seorang bloger jurnalistik yang turut menonton film tersebut.

Jika ditarik ulur realitas film tersebut ke wilayah Batam maupun Kepulauan Riau, hal sama juga seperti berlaku. Tempo lalu, kita dihebohkan perihal reklamasi kawasan Teluk Tering, Batamcentre yang juga sexy itu, diduga syarat akan kepentingan dari partai tertentu yang berkuasa di pemerintahan.

Proyeknya sempat berjalan, kendaraan pembawa pasir keluar-masuk silih berganti menerbakan nebu, dan saat ini mulao dipagari, nelayan yang sehari di sana mencari mata pencaharian, kemana?

Pun perihal kerusakan hutan lindung yang terjadi akibat penambangan bauksit di wilayah Bintan, yang pada 22 Maret silam diberitakan terus berjalan, siapa di balik itu semua?

Debat capres dan cawapres tahun ini, adakah jaminan Indonesia bakal gemah ripah loh jinawi dan berkeadilan?

Atau hanya kebahagian atas nama oligarki tambang di sekeliling dua calon yang tersedia?

Editor: Surya