Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kelebihan Start Stop Engine System, Konsumsi BBM Lebih Hemat
Oleh : Redaksi
Sabtu | 23-03-2019 | 16:52 WIB
start-stop-engine1.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Seiring berjalannya waktu, dan kemajuan teknologi, para konsumen di industri otomotif ingin kendaraannya mempunyai berbagai fitur yang dapat mendukung aktifitasnya sehari-hari dengan baik, serta tidak bikin kantong terkuras banyak.

Salah satu fitur tersebut adalah teknologi untuk menghemat BBM, diantaranya Start Stop Engine System, atau juga bisa diartikan sebagai teknologi otomatis mematikan dan menyalakan mesin pada saat kendaraan di posisi idling alias tidak bergerak.

Fungsi dari fitur itu sendiri biasanya dirasakan saat mobil berada di kemacetan. Dengan fitur tersebut maka konsumsi bahan bakar akan lebih hemat. Lantas siapa dan tahun berapa fitur tersebut mulai dipergunakan?

Seperti dilansir dari caranddriver, Sabtu (23/3/2019), fitur atau teknologi tersebut pertama kali ditanamkan oleh produsen mobil asal Jerman, Volkswagen (VW) pada produknya yaki Polo Formel E lansiran 1983, yang dipasarkan untuk pasar Eropa.

Meski tidak seperti saat ini, jika dilihat dari sistem kerjanya tidak jauh beda. Mesin akan mati ketika rem diinjak, yang disebabkan sistem komputer memotong kelistrikan dan aliran bahan bakar ke ruang bakar.

Ketika pengemudi mengangkat kakinya dari pedal rem, maka mesin kembali menyala. Untuk kembali menyalakan mesin umumnya menggunakan motor starter (dinamo) dan alternator tambahan.

Namun produsen asal Jepang, Toyota sebenarnya sudah lebih dulu menggunakan sistem tersebut pada Crown lansiran 1974. Saat itu mereka mengklaim konsumsi bahan bakar bisa lebih hemat 10 persen.

Memasuki 2000-an, Sistem mematikan dan menyalakan mesin secara otomatis baru digunakan produsen Jepang lainnya, seperti Mazda pada 2008, Suzuki hingga produsen roda dua, Honda. Oleh Mazda, teknologi tersebut dijuluki Smart Idle Stop System (SISS) yang diklaim menyalakan mesin dengan waktu 0,35 detik.

Tidak mau ketinggalan, teknologi tersebut pun diminati oleh perusahaan otomotif Amerika Serikat (AS) yakni Ford, yang menyematkannya pada produk sport utility vehicle (SUV) produksi 2012.

Sumber: Tempo.co
Editor: Yudha