Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pemulangan 25 Ton Ikan Impor Berformalin

Pakistan Bersedia Terima Reekspor
Oleh : Ocep
Kamis | 23-02-2012 | 17:57 WIB
ikan_impor.jpg Honda-Batam

Ilustrasi

BATAM, batamtoday - PT Bintan Nusantara Mulia, perusahaan pemasok 25 ton ikan impor berformalin ke Batam, menyebutkan pihak eksportir di Pakistan bersedia menerima pemulangan ikan tersebut.

Aziz, Manajemen PT Bintan Nusantara Mulia, Kamis (23/2/2012) mengaku pihaknya sudah berkomunikasi dengan pihak perusahaan pengekspor ikan berformalin di Pakistan terkait rencana reekspor.

"Kita sudah komunikasikan ke Pakistan, mereka mau terima," katanya.

Sehingga menurutnya tak ada alasan bagi Pakistan untuk menolak 25 ton ikan kembung yang ternyata mengandung pengawet berbahaya tersebut.

Rencana re-ekspor hari Kamis ini tertunda karena konteiner berpendingin baru tersedia pada 27 Februari mendatang.

Untuk mengangkut barang yang cepat busuk ini tidak bisa menggunakan jenis kontainer biasa, suhu di dalam kontainer harus dijaga pada titik nol derajat celcius.

Dengan mundurnya waktu pengiriman kembali ikan berformalin ini diakui Aziz menambah beban bagi perusahaannya.

Mengingat perusahaan harus menambah biaya sewa gudang tempat ikan-ikan tersebut disimpan saat ini.

Meski biaya yang harus dikeluarkan lebih besar, tetapi perusahaan tetap memilih opsi reekspor dibandingkan pemusnahan.

Hal itu sekaligus untuk menunjukkan pada pihak Pakistan bahwa ikan yang mereka kirim berformalin.

Padahal otoritas terkait di negara itu sudah mengeluarkan sertifikat yang menyatakan ikan sehat dan layak konsumsi.

"Kita maunya sih cepat. Tapi kontainernya susah carinya, baru ada tanggal 27 Februari. Kita pilih reekspor ini supaya kita bisa tunjukkan ke Pakistan kalau ikan-ikan yang mereka kirim ternyata berformalin," kata Aziz.

Menurut pengakuannya, sudah empat kali perusahaannya memasukkan ikan dari Pakistan namun baru kali ini bermasalah.

Perusahaan, kata dia, bersyukur pihak Karantina Batam menemukan kandungan formalin pada ikan sebelum sempat didistribusikan ke pasar-pasar.