Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Jangan Mudah Terprovokasi Simbol HTI Atau Bendera Tauhid
Oleh : Redaksi
Jum\'at | 26-10-2018 | 17:16 WIB
aksi-bela-kalimat-tauhid.jpg Honda-Batam
Poster aksi bela kalimat tauhid. (Foto: Ist)

Penulis Dwi Tanudi

MEDIA massa, baik cetak, elektronik dan online Indonesia kembali riuh setelah adanya kejadian pembakaran bendera yang bertuliskan kalimat Tauhid berlatar belakang hitam. Dimana dibalik gambar fisik yang tercetak di bendera ini berlindung sebuah organisasi yang mengatasnamakan Agama Islam. Sayangnya, organisasi ini sendiri melenceng dari syariat-syariat islam yang sesuai dengan ajaran yang sudah ada.

Senin, 22 Oktober 2018 di Limbangan, Kabupaten Garut pada acara Hari Santri kejadian pembakaran bendera ini berbuntut panjang, dengan cepat informasi tersebut menyebar di media sosial dan mendapatkan tanggapan dari berbagai pihak, mulai dari politikus, tokoh agama, hingga tokoh masyarakat.

Bukan Tauhid Tapi HTI

Polisi langsung mengambil tindakan dengan mengamankan anggota Banser yang melakukan pembakaran. Anggota Banser yang ditahan bukan karena menjadi tersangka, tetapi justru menjadi saksi adanya provokasi yang dilakukan sekelompok orang yang nekat mengibarkan bendera HTI ketika Banser NU sedang merayakan Hari Santri.

Kapolda Jabar Irjen Agung Budi Maryoto langsung mengeluarkan statemen, bahwa yang dibakar Banser NU bukan bendera tauhid, tetapi bendera HTI. Bendera HTI memang memiliki model yang sama dengan bendera kelompok teroris dunia seperti Alqaeda dan ISIS, sama-sama bertuliskan kalimat tauhid dan berwarna hitam.

Sama liciknya dengan ISIS, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) bersembunyi dibalik kalimat suci milik Tuhan, hal ini akan membuat lebih mudah untuk melakukan provokasi pada masyarakat awam yang tidak banyak mengetahui tentang Alqaeda dan ISIS yang menggunakan bendera yang menyerupai namun digunakan sebagai simbol untuk membantai sesama umat manusia.

Sudah cukup lama HTI menggunakan bendera berlogokan tauhid tersebut untuk dijadikan dasar menyebarkan ajaran 'negeri khilafah'-nya. Dalam beberapa kegiatan demonstrasinya, bendera tersebut sering muncul disandingkan dengan yang berdasarkan putih dan bertuliskan warna hitam.

Alhasil perlahan tapi parti HTI menanamkan pemikiran kalau mereka adalah organisasi Islam yang dapat dipercaya. Dan ketika ada seseorang yang memperlakukan simbol mereka dengan anarkis, maka mereka akan menjadikannya perlindungan.

Penggunaan Bendera di Masa Rasulullah SAW

Semenjak masa Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, umat Islam sudah mempunyai bendera. Dalam bahasa Arab, bendera disebut dengan liwa' atau alwiyah (dalam bentuk jamak). Istilah liwa' sering ditemui dalam beberapa riwayat hadis tentang peperangan. Jadi, istilah liwa' sering digandengkan pemakaiannya dengan rayah (panji perang).

Istilah liwa' atau disebut juga dengan al-alam (bendera) dan rayah mempunyai fungsi berbeda. Dalam beberapa riwayat disebutkan, rayah yang dipakai Rasulullah sallallahu alaihi wasallam berwarna hitam, sedangkan liwa' (benderanya) berwarna putih. (HR Thabrani, Hakim, dan Ibnu Majah).

Meskipun terdapat juga hadis- hadis lain yang menggambarkan warna-warna lain untuk liwa' dan rayah, sebagian besar ahli hadis meriwayatkan warna liwa' dengan warna putih dan rayah dengan warna hitam. Secara ukuran, rayah lebih kecil dari liwa'. Mengenai ukuran panjang dan lebarnya, tidak ditemui riwayat yang menjelaskan secara rinci dari bendera maupun panji-panji Islam pada masa Rasulullah sallallahu alaihi wasallam.

Menurut Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, kelompok-kelompok ekstremis, seperti Islamic State of Irak and Suriah (ISIS), menggunakan rayah dan liwa' untuk menipu umat Islam. Hal itu dibuktikan dengan perbuatan mereka yang tidak sesuai dengan slogan yang mereka usung. Penggunaan rayah dan liwa' hanya sekadar propaganda untuk menarik simpati umat Islam.

Demikian juga tentang fungsi rayah dan liwa' sebagai bendera umat Islam. Menurut Ali Mustafa, tidak ada dalil kuat yang bisa mengklaim begitu saja bahwa liwa' merupakan bendera umat Islam. Menurutnya, Islam bukan bendera, melainkan keyakinan. Keberadaan rayah dan liwa' pada zaman Rasulullah sallallahu alaihi wasallam hanya sebagai tanda.

Jangan Terprovokasi

Jelas kejadian pembakaran bendera ini merupakan salah satu dari tindakan provokatif yang ingin umat islam terpecah belah dan berseteru dengan sesamanya. Perdebatan antara lambang tauhid atau bukan, antara bendera HTI atau bukan akan menjadi bahan yang terus di goring, dikaitkan dengan kehidupan bahkan berpolitik. Jika sampai terjadi perseteruan yang diakibatkan kejadian ini, maka mereka tentunya akan merasa sangat bangga karena telah berhasil memprovokasi umat islam di Indonesia.

Islam bukan hanya sekedar logo, islam bukan hanya sekedar bendera. Islam adalah sebuah keyakinan, bendera itu bisa dibakar sebagai wujud simbolis kebencian pada HTI, namun hati, iman dan keyakinan tetap melafazkan Tauhid, sikap perilaku tetap mencerminkan Tauhid dan tentunya tidak mengurangi sedikitpun rasa keimanan kepada Agama Rasulullah SAW yaitu Islam.

Jum'at, 26 Oktober 2018 pukul 13:00 akan ada aksi Barisan Nusantara Pembela Tauhid (BNPT) bertemakan Aksi Bela Tauhid, ada baiknya kita tidak mengikuti kegiatan tersebut, karena tentunya dengan mengikuti acara akan ada imbas dari kegiatan tersebut, seperti macet dan bisa terjadi kerusuhan. Bukan justru meredam emosi dan bersabar semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, tetapi kita yang ikut juga bisa terprovokasi bertindak anarkis yang akan merugikan orang lain.

Tidak perlu turun ke jalan berramai-ramai mengganggu fasilitas umum, ramaikanlah masjid-masjid dan musholla di sekitar tempat kita tinggal, adakan pengajian, jangan tinggalkan sholat berjamaah, ramaikan ta'lim dan doa bersama. Coba ingat kapan terkahir kali kita bersujud disana, kapan terakhir kali kita sumbangsih berusaha membersihkan tempat ibadah yang suci itu.
Bahkan mungkin ada yang sama sekali belum pernah memberikan sumbangsih usahanya membangun atau merawat tempat ibadah kita. Mari kita sama-sama tidak terprovokasi dan tetap bersatu. *

Penulis adalah Mahasiswa Universitas Serang Raya