Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Antara Niat Membantu Korban Bencana dan Pencitraan
Oleh : Redaksi
Selasa | 09-10-2018 | 11:16 WIB
gempa-palu-lagi.jpg Honda-Batam
Seorang petugas sedang mencari korban di antara reruntuhan bangunan di Palu. (Foto: Ist)

Oleh Lyan Luzman

INDONESIA kembali dilanda duka, pada Jum’at 28 September 2018 pukul 18.00 WITA Gempa yang disusul dengan tsunami terjadi di Kota Palu dan Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Kekuatan gempa berkekuatan 7,4 Skala Ricther mengakibatkan bencana tsunami dan memporak-porandakan Kota Palu hingga Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.

Diperkirakan gempa dan tsunami ini telah menelan hingga ribuan korban jiwa, bahkan lebih karena masih terdapat korban yang belum bisa ditemukan sampai saat ini. Kendati hal tersebut, bantuan berbagai elemen masyarakat hingga bantuan internasional telah disalurkan secara masif.

Mendengar adanya kabar gempa Presiden Joko Widodo langsung mengerahkan seluruh jajarannya untuk segera melakukan evakuasi kepada para korban bencana dan menunjuk wakil-Presiden Jusuf Kalla sebagai Komandan Penanganan Bencana Palu-Donggala. Kemudian, pada 30 September 2018 Jokowi melakukan peninjauan langsung di Palu terkait kesiapsiagaan penanganan dan keadaan para korban gempa.

Dalam kunjungannya, Jokowi sempat menahan tangis saat berbincang dengan beberapa korban bencana Palu-Donggala. Aksi cepat dalam menanggapi bencana Palu-Donggala mendapatkan pujian dari mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono yang disampaikan dalam video berdurasi 3 menit 20 detik.

Pada kunjungan untuk kedua kalinya ke Palu-Donggala pasca terjadinya bencana, Jokowi meninjau manajemen penanganan korban bencana Palu-Donggala yang selama ini dilakukan. Di sela kunjungannya Jokowi tak lupa memberikan pesan dan motivasi terhadap korban bencana Sulawesi Tengah untuk tetap bangkit menghadapi kondisi seperti saat ini. Tindakan tersebut menunjukkan keseriusan dari Jokowi sebagai kepala negara dalam menangani korban bencana Palu-Donggala.

Namun siapa sangka? Hal berbeda justru dilakukan oleh Cawapres Nomor Urut dua Sandiaga Uno, meskipun sudah mengucapkan bela sungkawa terhadap Korban bencana Palu-Donggala, tetapi Sandi masih sibuk melakukan kegiatan kampanye di saat Bangsa sedang berduka.

Berbagai kalangan menilai tindakan tersebut dinilai tidak etis, mengingat dirinya yang belum melakukan kunjungan. Para tokoh pun meminta agar kampanye dihentikan sementara waktu untuk menghindari bantuan yang dilakukan para Capres maupun Cawapres hanya sebagai pencitraan belaka menjelang Pemilu 2019.

Seperti yang kita ketahui, pasca bencana Palu-Donggala Sandi sering melakukan kunjungan ke pusat perbelanjaan atau sekedar menyapa UMKM. Jika diperhatikan tindakan tersebut memperlihatkan bahwa sebagai calon Pemimpin Bangsa, Sandi hanya melakukan tindakan berdasarkan penilaian orang lain bukan dari hati. Selain itu, Sandi juga tidak memiliki konsep dalam menyikapi setiap dinamika yang terjadi sehingga keseriusan dalam memimpin bangsa perlu diragukan oleh masyarakat.

Dengan demikian, melihat bencana di Palu-Donggalayang telah memakan banyak korban jiwa. Sudah sepatutnya kita sebagai bangsa Indonesia dengan beragam suku dan budaya menunjukkan sikap kepedulian untuk membantu para korban bencana Palu-Donggala. Hal tersebut, membuktikan bahwa Indonesia sebagai Negara yang memiliki banyak perbedaan dapat bersatu dan saling membantu terhadap kondisi apapun.

Segala pertolongan dan bantuan harus diciptakan dari niat bukan karena mengharapkan pujian dari orang lain ataupun memanfaatkan sebuah kesempatan untuk kepentingan pribadi. Penilaian orang lain tidaklah penting, namun apabila ada orang lain yang takut untuk datang membantu hanya karena penilaian orang lain maka tindakan orang tersebut memiliki kepentingan dibaliknya. Anda sebagai pembaca dapat menilai sendiri.*

Penulis adalah Pengamat Politik