Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Prabowo Bertemu Duta Besar China, Ada Apa?
Oleh : Redaksi
Selasa | 02-10-2018 | 17:16 WIB
dubes-cina-prabowo-2.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Besar China untuk Indonesia Xiao Qian menyambangi kediaman Prabowo. (Foto: Ist)

Oleh Wicaksono L.D.C

DUTA Besar China untuk Indonesia Xiao Qian menyambangi kediaman capres sekaligus Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Hambalang, Bogor. Kunjungan tersebut dalam rangka menyampaikan undangan perayaan Hari Nasional China. Xiao Qian hadir didampingi sekretaris politiknya. Sedangkan Prabowo didampingi Waketum Gerindra Sugiyono dan Edhy Prabowo serta kader Gerindra lainnya.

Kedatangan Qian tersebut pun disambut hangat oleh Prabowo. Prabowo mengapresiasi Qian, yang bersedia berkunjung ke kediamannya di Padepokan Garudayaksa di Hambalang, Bogor. Prabowo mengatakan ada sebuah ungkapan bahwa apabila ada seseorang yang ingin bertemu dengan kita, dan bersedia berkorban jauh-jauh datang, itu tandanya dia sungguh-sungguh, dan merupakan sahabat baik. Prabowo berharap hubungan kerja sama Indonesia dengan China akan selalu terjalin dengan baik. Sebab, China merupakan salah satu negara besar yang memiliki pengaruh di dunia.

Prabowo juga menyampaikan bahwa kita harus menjalin hubungan yang baik dengan semua negara lain, baik di wilayah kawasan Asia maupun dunia. Tentunya kerja sama yang menguntungkan kedua belah pihak dan sama-sama mengutamakan kepentingan nasional kedua negara. Dalam pertemuan tersebut, Qian juga menyampaikan terima kasih atas sambutan luar biasa yang diberikan Prabowo dan Partai Gerindra selama ini.

Dia juga mengucapkan selamat kepada Prabowo, yang telah resmi ditetapkan sebagai capres pada Pilpres 2018. Selain itu, Qian mendoakan agar Prabowo dan Gerindra sukses pada Pemilu 2019. Qian juga menyampaikan undangan perayaan Hari Nasional China, yang akan digelar pada hari Kamis tanggal 27 September 2018.

Apabila kita lihat secara sekilas, sepertinya pertemuan tersebut di atas merupakan pertemuan biasa saja namun jika kita mencermati dengan seksama ada sesuatu yang tampak ganjil. Apa bentuk keganjilan tersebut? Berikut saya jelaskan. Sejak masa kampanye Pemilu 2014 lalu, isu yang mengangkat sentimen politik yang menyangkut SARA kembali menguat di dunia maya. Adalah Presiden Joko Widodo yang kerap menjadi sasarannya. Ia pernah dituduh sebagai keturunan Tionghoa, dituduh Kristen dan dianggap sebagai seorang Komunis.

Para penuduhnya tentu adalah pihak-pihak yang berada di kubu lawannya, yaitu para pendukung Prabowo Subiyanto. Mereka yang berkumpul ke dalam barisan pendukung Gerindra dan PKS adalah yang banyak menyebarkan isu bahwa Jokowi adalah seorang Tionghoa, Kristen dan Komunis. Meskipun, Pilpres telah usai dan Joko Widodo telah dilantik menjadi Presiden, kampanye hitam dengan mengangkat isu identitas itu tak pernah surut. Kelompok Saracen, Muslim Cyber Army (MCA), maupun pendukung aksi berjilid 212 yang paling vokal mengangkat sentimen SARA itu.

Namun, kenapa selalu Presiden Jokowi sasarannya? Padahal secara fakta jelas-jelas dia bukan seperti yang dituduhkan. Kenapa pula bukan Prabowo Subiyanto yang diserang dengan tuduhan di atas? Padahal, dia jelas-jelas yang secara identitas seperti yang dituduhkan itu. Banyak diantara para pendukung Prabowo yang dengan seenaknya mengatakan "Ganyang Cina", "Ganyang Kristen", "Ganyang kafir", dsb.

Pertanyaannya, apakah Pak Prabowo, adiknya dan keluarganya yang merupakan warga keturunan Cina dan beragama Kristen atau kafir perlu diganyang juga? Secara fakta, Prabowo Subiyanto adalah keturunan Tionghoa dan orang tuanya beragama Kristen. Ayahnya bernama Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo yang bernama Asli Soo ming tauw (kanton) atau Soo minh doo (Hokian) yang menikah dengan Dora Marie Sigar Sumitro Djojohadikusumo, perempuan kelahiran Manado, Sulawesi Utara.

Keduanya menikah pada 7 Januari 1946 di Jerman dengan pemberkatan dari pendeta-pendeta di Gereja Jerman. Selama hidupnya, Dora Marie dan Sumitro menjadi penganut agama Kristen yang taat dan rajin ke gereja. Dari pernikahan itu, Dora dan Sumitro mempunyai empat anak. Dua perempuan dan dua laki-laki. Dua perempuan yaitu Bianti Djiwandono dan Mariani le Maistre, sedangkan yang laki-laki adalah Prabowo Subianto dan Hashim S. Djojohadikusumo.

Ada darah Cina yang mengalir ke tubuh Prabowo merupakan fakta yang tidak bisa ditolak. Prabowo lahir dan dewasa dalam lingkungan dan bimbingan keluarga yang beragama Kristen. Bahkan saat ibunya meninggal pada 23 Desember 2008 lalu, Prabowo yang memimpin upacara pemakaman di TPU Tanah Kusir, di area pemakaman Kristen. Prabowo bertindak sebagai pendeta yang membaca khotbah untuk mengantarkan jenazah ibunya.

Semua saudara Prabowo beragama Kristen. Prabowo baru memeluk Islam ketika melakukan pernikahan politiknya dengan Titiek (putri Presiden Soeharto) pada Mei 1983. Dari pernikahannya itu lahir Didiet Prabowo. Agama Didiet putra Prabowo pun hingga kini tidak jelas. Bahkan putra Prabowo ini dikabarkan sebagai seorang pendukung gerakan LGBT. Sebenarnya tidak ada masalah dengan identitas Prabowo Subiyanto di atas. Fakta tersebut tidak bermaksud untuk mendiskreditkan agama atau suku dan ras tertentu yang ada di Indonesia.

Pembeberan fakta di atas ditujukan untuk membuka mata para pendukung politik yang pandangannya sangat sempit. Seakan bila berbeda identitas itu bisa menjadi dalih untuk dipersalahkan dan dipersekusi. Bahwa mereka yang kerap menyudutkan keturunan Tionghoa, Kristen, atau LGBT bisa mendapati sendiri bahwa dalam diri idola mereka sendiri adalah mengalir darah tersebut. Ya, Prabowo Subiyanto adalah seorang keturunan China/Tionghoa, Kristen dan memiliki keluarga yang mendukung LGBT.

Janganlah persoalan politik disangkut-pautkan dengan agama, keyakinan dan etnis (pribumi atau non pribumi) yang akan membuat kita sebagai bangsa Indonesia terpecah belah. Siapapun pemimpinnya asal bersedia mengakui Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan UUD 45 sebagai dasar negara, layak untuk didukung tak peduli identitasnya seperti apa. Itulah negarawan sejati.*

Penulis adalah Aktivis Sosial