Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pertamina Resmi Ambil Alih Pengelolaan WK Southeast Sumatra
Oleh : Redaksi
Kamis | 06-09-2018 | 14:40 WIB
pertamina-phe1.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - PT Pertamina Hulu Energi (PHE), anak usaha PT Pertamina (Persero), resmi mengambil alih 100 persen pengelolaan Wilayah Kerja (WK) Southeast Sumatra (SES) dari operator CNOOC SES Ltd pada Kamis (6/9/2018). Selanjutnya, operator baru WK SES adalah PHE Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES).

Sebelumnya, WK SES merupakan satu dari 8 blok migas yang masa kontraknya habis pada tahun ini dan pengelolaannya telah ditugaskan pemerintah kepada Pertamina. Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu mengungkapkan WK SES merupakan salah satu penghasil minyak bumi dan gas (migas) terbesar di Indonesia.

Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), per Agustus 2018, produksi rata-rata minyak dan kondensat dari WK SES mencapai 29.941 barel per hari (bph) serta produksi gas sebesar 83,99 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd).

"WK SES memiliki nilai strategis dalam industri migas di tanah air dalam mendukung pencapaian target produksi nasional untuk mencapai ketahanan energi nasional," ujar Darmawan dalam seremonial alih kelola WK SES dari CNOOC ke PHE di Pulau Pabelokan, Kab. Kepulauan Seribu, Jakarta, Kamis (6/9).

Selama ini, hasil produksi gas lapangan SES digunakan untuk pembangkit listrik milik PT PLN (Persero) di Cilegon, Banten. Sementara, produksi minyak dari WK SES sebelum alih kelola diekspor seluruhnya.

Setelah alih kelola oleh PHE OSES, seluruh produksi minyak akan diproses sepenuhnya di kilang-kilang Pertamina untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dalam negeri.

Guna memastikan kelancaran alih kelola pasca-terminasi, PHE telah melakukan kajian operasi dan Quality, Health, Safety, Security & Eneviroment (QHSSE) serta beberapa kali melakukan kunjungan lapangan.

Selain itu, sebagian bagian dari transisi, dari 513 pekerja lapangan WK SES di bawah CNOOC, sebanyak 476 kembali direkrut Pertamina untuk menjaga keberlanjutan operasi.

Kajian QHSSE, lanjut Darmawan, penting untuk menjaga operasi di lapangan mengingat WK SES merupakan WK yang sudah berumur (mature) sehingga sudah berada pada fase penurunan produksi secara alamiah. Sebagai catatan, kontrak bagi hasil WK SES diteken pertama kali pada 6 September 1968 atau telah berusia 50 tahun. Pada Juli 1991, produksi minyak WK SES mencapai puncaknya di level 244.340 bph.

PHE OSES telah menyiapkan sejumlah rencana kerja untuk menahan laju penurunan alamiah di lapangan SES melalui komitmen pasti tiga tahun, diantaranya adalah Study Geology, Geophysics, Reservoir and Production (GGRP), studi Enhanced Oil Recovery (EOR), seismik, work over dan well services, field reactivation, pemboran infill, serta perawatan, inspeksi dan sertifikasi kehandalan fasilitas.

Sebagai bagian dari penandatanganan PSC-Gross Split, kontraktor mendapatkan bagian split sebesar 68,5 persen untuk produksi minyak dan 73,5 persen untuk produksi gas bumi. Bagian split tersebut telah memperhitungkan base dan variable split berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No. 52 tahun 2017.

Selanjutnya, Darmawan berharap dengan alih kelola sejumlah WK baru, termasuk WK SES, produksi migas PHE ditargetkan bisa mencapai 200 ribu barel ekuivalen minyak per hari (boepd) pada 2018.

Di tempat yang sama, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi berpesan bahwa dengan kontrak kerja sama gross split, PHE OSES dapat berproduksi dengan lebih efektif dan efisien.

"Komitmen pasti tiga tahun WK SES sebesar US$130 juta, baik untuk kegiatan eksploitasi maupun eksplorasi, diharapkan dapat menambah cadangan terbukti juga meningkatkan produksi," ujar Amien.

Selain itu, Amien juga berharap keberhasilan PT Pertamina EP yang dapat mengerek produksi Lapangan Sukowati dari kisaran 6 ribu bph menjadi sekitar 10 ribu bph setelah mengambil alih kelola tahun ini juga bisa ditiru oleh PHE OSES. Untuk itu, Amien menekankan pentingnya inovasi. Pada akhirnya, jika produksi meningkat, negara akan diuntungkan.

"Selama dua dekade, produksi migas dari lapangan-lapangan di WK SES telah menghasilkan pendapatan kotor mencapai US$22,87 miliar, di mana 57 persennya atau sebesar US$13,13 miliar menjadi penerimaan negara," ujarnya.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha