Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Jelang Pemilu, Hindari Politik Uang dan Berita Hoax
Oleh : Redaksi
Senin | 03-09-2018 | 08:40 WIB

Oleh AKP Yudiarta Rustam, SS. MM.

KONTRIBUSI masyarakat dalam menyongsong pesta demokrasi sehat dalam Pemilihan Umum (Pemilu) baik Pemilu Legeslatif (Pileg), Pemilihan Presiden (Pilpres) hingga Pemilihan Kepala Daerah (Pillkada), sangat diperlukan. Namun sayangnya, banyak masyarakat saat ini, justru terkesan yang acuh terhadap perkembangan politik saat ini.

Masyarakat sebagian justru beranggapan bahwa politik cenderung berstigma buruk, belum lagi beredar berita dari media sosial (medsos) yang menyebutkan banyaknya kasus penyelewengan wewenang yang terjadi di negeri ini. Misalnya, kasus korupsi dan lainnya, kondisi ini memicu timbulnya enggan masyarakat untuk peduli dalam urusan politik.

Dalam menyongsong Pemilu, baik Pileg, Pilpres dan Pilkada damai dan sehat, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat, sebagai terobosan dalam berpolitik adalah :

1. Hilangkan money politik atau politik uang dalam agenda demokrasi
ibarat kata 'kamu menjual, maka kamu harus untung'. Hal inilah yang perlu dihindari, sebab hal inilah yang memicu terjadinya tindak korupsi selama masa jabatan. Bila kita menginginkan Indonesia bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) maka lakukan agenda politik yang damai dan sehat tanpa politik uang.

Adanya undang-undang yang mengatur bahwa setiap calon terpilih dalam agenda politik seperti Pileg, Partai Politik (Parpol) tidak diizinkan melakukan politik uang dengan membagi-bagikan uang ke rakyat saat pencalonan.

Masyarakat harus bermental jujur dan menjunjung integritas bangsa, dengan menolak politik uang dalam kampanye ataupun menolak pemberian uang atau hadiah atau barang apapun dari para calon selama proses demokrasi baik Pileg atau agenda politik lainnya.

2. Hilangkan Hoax
Hoax atau berita palsu muncul dengan adanya sentimentil atas golongan atau pihak, terkait tindakan atau kebijakannya yang tidak sesuai dengan alur berpikir pihak oposisinya. Hoax atau berita palsu mengikuti alur berpikir pembacanya yang kira-kira bisa menimbulkan efek sensitivitas yang meningkat entah itu kebencian atau semangat untuk mendukung dengan sajian berita tersebut. Lalu berujung pada budaya berbagi melalui media sosial agar lebih banyak orang yang membaca.

Masyarakat yang juga dituntut aktif dan cermat dalam menerima sebuah informasi yang belum valid adanya, diharapkan dengan begini maka sebab-sebab dari pemicu konflik dapat dihindari atau bahkan dihilangkan dengan adanya peran aktif masyarakat. Juga media yang ada, harus turut membantu memberikan dampak solusi dari pada timbulnya konflik itu sendiri.

Untuk menghadapi hoax maka diharapkan sikap masyarakat dapat di kondisikan, antara lain seperti:

1. Perlu memastikan media mana yang menyebarkannya. Masyarakat harus paham betul media-media yang mengeluarkan berita tersebut.

2. Tidak ikut menyebarkan berita palsu yang malah akan meresahkan masyarakat banyak.

3. Memastikan berita tersebut dengan bertanya pada orang disekitar sebagai referensi, budaya Indonesia yang ramah. Sebenarnya turut membantu dalam hal ini, karena Indonesia sendiri sebenarnya memiliki kultur budaya yang saling menyapa, walaupun tidak akrab mengenal, maka tidak ada salahnya memanfaatkan kultur budaya untuk menghadapi hoax yang berkembang di masyarakat.

Dengan kontribusi masyarakat dalam berpolitik, yang bersinergi dengan pemerintah maka diharapkan akan terbentuk budaya politik yang sehat dan bermartabat.

Persatuan antara pemerintah dan masyarakat, akan mendorong terjadinya transformasi sistem politik yang mengunggulkan nilai-nilai kejujuran dan keadilan. Sehingga kesejahteraan rakyat menjadi pilar utama, yang akan dicapai selama masa jabatan para legislator dan para pemimpin bangsa ini.

Penulis adalah Kasat Intelkam Polres Bintan