Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pelemahan Rupiah Terus Terjadi, BI Tingkatkan Intervensi di Pasar Valas dan Obligasi
Oleh : Redaksi
Jumat | 31-08-2018 | 16:29 WIB
gub-bi1.jpg Honda-Batam
Gubernur BI Perry Warjiyo. (CNN Indonesia/Safir Makki)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Pelemahan rupiah yang terus terjadi hingga menyentuh Rp14.700-an per dolar AS pada hari ini membuat Bank Indonesia (BI) meningkatkan intervensinya di pasar valuta asing dan obligasi.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengaku telah melakukan intervensi dalam dua hari terakhir di pasar obligasi dan sekunder dengan membeli pelepasan Surat Berharga Negara (SBN) oleh asing sebesar Rp3 triliun.

"Kami juga meningkatkan volume intervensi di pasar valuta asing, bahkan sejak kemarin, dari pagi hingga sore, kami lakukan intervensi di pasar valas," ujarnya di Kompleks BI, Jumat (31/8/2018).

Tak ketinggalan, BI juga kembali membuka penukaran valas melalui fasilitas FX Swap secara berkala. Begitu juga dengan fasilitas lindung nilai (hedging).

"Targetnya Rp400 juta, Insya Allah yang masuk lebih besar dari itu," terang dia.

Menurutnya, pelemahan rupiah yang kian besar tetap berasal dari eksternal, termasuk gejolak ekonomi dari sesama negara berkembang, yaitu Argentina dan sebelumnya dari Turki.

"Tentu saja kami akan tetap mewaspadai apa yang terjadi, seperti di Turki dan Argentina, tapi sejauh ini kami melihat ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat," imbuhnya.

Hal ini tercermin dari kondisi indikator ekonomi makro Indonesia yang diklaim lebih baik dari kedua negara itu. Misalnya, dari sisi pertumbuhan ekonomi dan inflasi.

Sampai semester I 2018, ekonomi Indonesia tumbuh di angka 5,17 persen secara tahunan (year on year/yoy). Sedangkan inflasi sampai Juli 2018 di angka 3,18 persen (yoy).

"Bahkan survei pemantauan harga sampai minggu keempat bulan ini deflasi 0,02 persen, sehingga secara tahunan di 3,24 persen. Tapi nanti kami tunggu BPS umumkan," katanya.

Meski memang, tak bisa dipungkiri dari sisi indikator defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) berada di 2,6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada semester I 2018.

Namun, dengan berbagai strategi pengendalian defisit transaksi berjalan yang telah disampaikan pemerintah dan BI, ia memastikan hasilnya akan bisa mengurangi tekanan rupiah dari sisi defisit ini.

"Komitmen kami bersama bersinergi bisa menurunkan CAD itu ke depannya akan lebih rendah. Kami perhitungkan CAD akan turun US$2,2 miliar (dari proyeksi US$25 miliar di akhir tahun), sehingga CAD bisa mengarah di 2,5 persen dari PDB," pungkasnya.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha