Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Saat ini Masih Berada di Fase Old Industri

Indonesia Harus Siap Hadapi Revolusi Industri 4.0
Oleh : Nando Sirait
Kamis | 31-05-2018 | 08:16 WIB
haripinto_rdp_batam.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Senator Haripinto Tanuwidjaja saat melakukan RDP dengan Panitia Paskah Nasional KP4 Batam 2018 di Batam City Hotel

BATAMTODAY.COM, Batam - Indonesia saat ini masih berada di fase old industri yang masih menggunakan keterampilan rendah dan menengah. Dengan jumlah penduduk yang cukup besar, orientasi industri selama ini membutuhkan penyerapan tenaga kerja yang banyak, dengan proses yang sebagian besar bersifat 'analog'.

"Tantangannya hari ini, siap atau tidak siap kita harus segera masuk ke industri digital. Masalahnya, revolusi industri keempat ini juga sifatnya distraktif. Kita harus segera beradaptasi, harus berubah, tetapi juga harus terukur. Jangan sembrono dan kebablasan," kata Senator Haripinto Tanuwidjaja saat RDP dengan Panitia Paskah Nasional KP4 Batam 2018 di Batam City Hotel pada 22 April 2018.

Haripinto berharap masyarakat dapat merespons cepat revolusi industri 4.0 agar mendapatkan manfaat dan mengurangi resiko. "Bagaimanapun kita harus bereaksi atau merespons, dan menyiapkan diri agar kita mendapatkan manfaat dan mengurangi ancaman dari revolusi industri keempat ini," katanya.

Karakteristik utama dari revolusi industri 4.0, menurutnya, adalah pada tingkat kecepatannya. Di mana membawa perubahan yang begitu cepat, bukan hanya pada tatanan industri, tetapi juga pada tatanan sosial masyarakat.

"Penggunaan media sosial dan maraknya fenomena hoax juga termasuk di dalamnya. Indonesia harus siap dengan kejutan-kejutan akibat revolusi industri keempat ini," kata Anggota DPD RI asal Provinsi Kepulauan Riau ini.

Haripinto menilai akan ada perubahan ekspektasi konsumen yang harus diimbangi dengan inovasi, perbaikan produk, dan jasa. Karena itu harus ada pandangan jauh ke depan untuk mempersiapkan apa yang ingin dan yang harus dicapai.

"Sisi-sisi positif yang ditawarkan oleh revolusi ini harus bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya, dan secara bersamaan juga meminimalisir dampak-dampak negatifnya. Kita sendirilah yang pada akhirnya akan menentukan, apakah revolusi teknologi ini dapat memperbaiki kualitas hidup bangsa kita, atau justru sebaliknya," ujar Haripinto.

Haripinto menambahkan, perkembangan teknologi pada era revolusi industri 4.0 wajib diantisipasi oleh perguruan tinggi di Indonesia, karena perubahan pada era revolusi industri juga memengaruhi karakter pekerjaan sehingga keterampilan yang dibutuhkan juga berubah.

Penyesuaian terhadap semakin kompetitifnya iklim bisnis juga perlu dilakukan pada kurikulum dan metode pendidikan yang juga harus mengikuti perkembangan teknologi dan informasi.

"Tantangan yang kita hadapi saat ini adalah bagaimana mempersiapkan dan memetakan angkatan kerja dari lulusan pendidikan dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Tantangan itu harus diantisipasi melalui transformasi pasar kerja Indonesia dengan mempertimbangkan perubahan iklim bisnis dan industri, perubahan jabatan, dan kebutuhan keterampilan," katanya.

Menurut Anggota Komite II DPD RI ini, salah satu faktor terpenting adalah keharusan meningkatkan keterampilan dan kompetensi secara konsisten sesuai kebutuhan pasar kerja yang berkembang semakin pesat.

Oleh karena itu, dunia pendidikan dan industri harus mampu mengembangkan strategi transformasi industri dengan mempertimbangkan sektor ketenagakerjaan karena tenaga kerja yang kompeten akan menentukan keberhasilannya.

Terkait peningkatan kualitas SDM, lanjutnya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. yakni memastikan agar kualitas SDM Indonesia sesuai kebutuhan pasar kerja dan industri berbasis teknologi digital, kuantitas atau jumlah SDM berkualitas dan kompeten yang sesuai kebutuhan industri dan pendistribusian SDM yang berkualitas ke daerah-daerah.

"Oleh karena itu mengintesifkan pelatihan kerja dan sertifikasi profesi menjadi faktor kunci dalam memperkuat SDM kita," katanya.

Editor: Surya