Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pendidikan Kepri Selalu 'Dihantui' Kekurangan Guru dan Minimnya Infrastruktur
Oleh : Irawan
Minggu | 28-01-2018 | 12:00 WIB
Hardi_dpdri4.jpg Honda-Batam
Senator Hardi Selamat Hood, Anggota DPD RI asal Provinsi Kepulauan Riau

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Permasalahan terbesar yang dihadapi guru di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) berkaitan erat dengan minimnya jumlah tenaga guru dan bagunan infrastruktur yang kurang.Hal ini disebabkan banyaknya jumlah guru yang sudah memasuki usia pensiun namun belum ada pengangkatan pengganti guru.

"Tentu hal ini akan menjadi kendala bagi sekolah sementara jumlah Siswa tiap tahun mengalami peningkatan," kata Senator Hardi Selamat Hood, Anggota DPD RI asal Kepri, Minggu (28/1/2018)..

Menurut Hardi, saat ini ada sekitar 700 tenaga pengajar berstatus Guru Tidak Tetap (GTT) dan guru honorer sebanyak 1.234 guru di Provinsi Kepulauan Riau. Jumlah ini menjadi tanggungan pihak provinsi.

Kota Tanjungpinang misalnya, kekurangan tenaga pendidik sebanyak 565 orang untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) maupun Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Penyebab utamanya adalah banyaknya guru yang memasuki usia pensiun serta bertambahnya sekolah baru.

Sementara di Kabupaten Karimun memiliki kekurangan guru sebanyak 2000 orang untuk tingkat SD dan 6 orang guru untuk ditingkat SMA.

Untuk Kabupaten Bintan mencatat guru yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 1.200 orang, sedangkan guru honor sebanyak 1.400 orang dan yang diangkat melalui komite sekolah sebanyak 500 guru.

"Pemerintah Bintan terpaksa mengangkat guru komite untuk menutupi kekurangan tenaga pendidik di masing-masing sekolah," katanya.

Sementara untuk Kabupaten Anambas, Kabupaten Natuna dan Kabupaten Lingga memiliki persoalan yang lebih rumit sebab sebaran pulau-pulau terpencil membuat para guru juga enggan untuk bertugas disana.

Meski pemerintah pusat mengirimkan guru melalui Program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM3T) namun program ini hanya memberikan solusi sementara. Sebab ketika kontrak program ini berakhir para guru yang diutus melalui program pusat tadi akan kembali ke tampatnya masing-masing.

Berdasarkan Informasi yang diterima dilapangan banyak guru sebenarnya telah memiliki standart kompetensi baik dari Kompetensi Pendagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi social dan kompetensi Profesional.

Keempat Kompetensi ini merupakan basic dasar dalam pembentukan Karakter anak dalam menyambut Generasi Emas pada tahun 2045. Namun justru dalam pemberian sangksi terhadap peserta didik, membuat guru tidak memiliki peran dalam pembentukan Karakter anak.

"Untuk mencapai itu kami menyarankan perlu dibuatnya sebuah trobosan baru dalam dunia Pendidikan yaitu perlu dilakukannya penukaran tenaga pendidik dari sekolah favorit ke sekolah yang biasa dan begitu sebaliknya, sehingga akan terciptanya budaya-budaya baru yang berdampak terhadap Kompetensi masing-masing tenaga pendidik dan kemajuan sekolah dapat berjalan secara merata," katanya.

Editor: Surya