Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kontrak Gas Domestik 2011 Mencapai 57 Persen
Oleh : Andri Arianto
Senin | 10-01-2011 | 16:57 WIB

Jakarta, batamtoday – Kontrak pasokan gas bumi untuk domestik pada tahun 2011 mencapai 56,78 persen dari total kontrak atau sekitar 4.366 miliar british thermal unit per hari (BBTUD). Sisanya, sebesar 3.322 BBTUD atau 43,22 persen diperuntukkan untuk ekspor.

“Jumlah ini naik cukup signifikan ketimbang tahun 2010,” kata Kepala Dinas Humas dan Hubungan Kelembagaan, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS), Elan Biantoro di Jakarta, Senin (10/1).

Tahun lalu, kata dia, realisasi pasokan gas untuk domestik sebanyak 4.342,71 BBTUD atau sekitar 50,18 persen. Sementara gas untuk ekspor sebanyak 4.311,58 BBTUD atau 49,82 persen.

Untuk listrik, realisasi 2010 sebesar 854,88 BBTUD. Tahun 2011, pasokan meningkat menjadi 1.510,6 BBTUD. Meningkatnya pasokan, diharapkan berasal dari Lapangan Wortel (Santos), Lapangan Sungai Kenawang (JOB Pertamina Talisman Jambi Merang), Lapangan Kampung Baru (Energy Equity Sengkang), PetroChina Jabung, dan ramping up Lapangan Singa (Medco EP).

Sedangkan, realisasi 2010 kepada industri melalui penjualan gas kepada perusahaan gas negara (PGN) maupun langsung ke industri sebesar 1203,18 BBTUD. Kontrak tahun 2011, meningkat sebesar 1.690,43 BBTUD. Peningkatan pasokan untuk industri diharapkan berasal dari Kalila Bentu dan JOB Pertamina PetroChina East Java.

“BPMIGAS mendorong pemenuhan kebutuhan gas sesuai komitmen kontrak yang telah disepakati,” kata Elan.

Kebutuhan domestik, khususnya pasokan gas untuk pabrik pupuk, listrik, serta industri, tetap mendapat prioritas. Namun, dia mengingatkan, salah satu kendala pemenuhan pasokan gas disebabkan konsumen domestik masih kesulitan untuk menerima harga gas di atas US$ 5 per mile-mile british thermal unit (MMBTU). Padahal, pengembang lapangan memerlukan harga gas yang lebih tinggi untuk menutup keekonomiannya, khususnya untuk area offshore dan deep water yang membutuhkan investasi besar.

“Beberapa kontraktor keekonomiannya menjadi sangat rendah, bahkan masih memerlukan insentif dari Pemerintah untuk memenuhi keekonomiannya,” katanya.

Selain itu, keterbatasan infrastruktur masih menjadi salah satu kendala. Oleh karena itu, BP Migas mengharapkan, pembangunan unit penampungan regasifikasi terapung atau floating storage regasification unit (FSRU) yang akan dibangun di Teluk Jakarta, selesai tepat waktu pada kuartal keempat 2011.

“Beroperasinya terminal penerima gas alam cair (LNG) tersebut akan memudahkan distribusi gas dari area yang defisit ke daerah surplus gas,” kata Elan.