Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Rencananya, Trump akan Akui Yerusalem sebagai Ibukota Israel
Oleh : Redaksi
Sabtu | 02-12-2017 | 08:39 WIB
berkumpul.jpg Honda-Batam
Warga berkumpul di depan tembok ratapan, Yerusalem. Kota ini disebut akan diakui AS sebagai Ibukota Israel. (Foto: REUTERS/Amir Cohen)

BATAMTODAY.COM, AS - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump diperkirakan akan mengumumkan pengakuan AS terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel paling cepat Selasa (5/12/2017).

Hal itu diungkapkan beberapa sumber pejabat Pemerintah AS yang mengetahuinya secara langsung serta diplomat asing.

Sumber-sumber tersebut menyatakan, trump akan memperhalus pengumuman itu dengan menyatakan bahwa pengakuan ibu kota Israel tersebut hanya untuk Yerusalem Barat, bukan Yerusalem Timur yang hendak diklaim Palestina sebagai ibu kotanya.

Pengumuman Trump tersebut terkait dengan masih tertundanya penandatanganan keputusan soal lokasi Kedutaan besar AS di tel Aviv, Israel, untuk enam bulan selanjutnya. Dia malah menyebut, administrasi kedutaan tersebut akan pindah ke Yerusalem suatu saat nanti.

Namun demikian, sumber-sumber itu menekankan bahwa kepastian keputusan tersebut masih menunggu keputusan akhir Trump. Sejauh ini, belum ada keputusan akhir soal pengakuan itu.

"Presiden selalu mengatakan bahwa (pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel) ini hanya soal kapan, bukan 'jika'. Presiden kini masih mempertimbangkan pilihan-pilihan dan kami tidak mengumumkan apapun," ungkap seorang juru bicara Gedung Putih.

Sementara, Israel mengklaim Yerusalem sebagai ibu kota pemerintahannya. Namun, tidak ada kedutaan asing yang berada di sana. Masyarakat internasional masih menganggapnya sebagai masalah yang harus diselesaikan sebagai bagian dari kesepakatan damai yang lebih luas. Israel merebut Yerusalem dari Yordania selama perang 1967 silam.

Langkah Trump dalam mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, ditambah dengan pertimbangan rencana untuk memindahkan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem, disebut dapat mempersulit upaya menantu sekaligus penasihat Trump, Jared Kushner, untuk memulai kembali perundingan perdamaian antara Israel dan Palestina.

Para pembantu senior Trump mengungkapkan, rencana-rencana itu kemungkinan masih bisa berubah. Trump telah menghadapi tenggat waktu Jumat di bawah peraturan tahun 1995 untuk mengeluarkan pembebasan yang memungkinkan kedutaan tetap berada di Tel Aviv. Hal itu rutin dilakukan Presiden AS sejak 1999.

Saat masih kandidat Presiden, Trump pernah berjanji untuk memindahkan kedutaan AS ke Yerusalem. Hal itu memang jadi perhatian sebagian pemilih dari warga Yahudi-Amerika dan Evangelis.

Trump menunda langkah tersebut pada Juni lalu dengan menandatangani sebuah pembebasan demi memberi waktu kepada Kushner untuk mengerjakan rencana perdamaiannya.

Sumber: CNN
Editor: Udin