Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ke Vietnam dan Filipina, Trump Tawarkan Diri Jadi Mediator Sengketa LCS
Oleh : Redaksi
Senin | 13-11-2017 | 08:38 WIB
trump4.gif Honda-Batam
Kepada Vietnam dan Filipina, Donald Trump menawarkan diri menjadi mediator dalam menyelesaikan sengketa wilayah di Laut China Selatan. (Reuters/Jorge Silva)

BATAMTODAY.COM, Hanoi - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menawarkan diri menjadi mediator dalam menyelesaikan sengketa wilayah di Laut China Selatan.

"Jika saya dapat membantu mediasi atau arbitrase, beri tahu saja. Saya adalah mediator yang baik," kata Trump kepada Presiden Vietnam, Tran Dai Quang, saat berkunjung ke Hanoi, Minggu (12/11).

Belum sempat ada jawaban dari Hanoi, sejumlah pejabat Vietnam mengatakan bahwa mereka sudah mencapai "konsensus" dengan China untuk mengatasi sengketa perairan di Laut China Selatan.

Sengketa di Laut China Selatan ini memang bermula ketika China mengklaim 90 persen wilayah di perairan itu. Klaim tersebut tumpang tindih dengan wilayah sejumlah negara lain, termasuk Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Filipina.

Tawaran serupa juga kemungkinan besar akan disampaikan Trump saat mengadakan pertemuan bilateral dengan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte.

Namun, tawaran itu langsung ditolak oleh Menteri Luar Negeri Filipina, Alan Peter Cayetamo, yang sebelumnya menyatakan terima kasih atas inisiatif Trump tersebut.

"Namun, tentunya para negara yang memiliki klaim harus menjawab sebagai satu kesatuan, bukan sendiri-sendiri karena mediasi melibatkan semua negara pengklaim," ucap Cayetamo.

Duterte sendiri dikabarkan telah membicarakan masalah sengketa ini dengan Presiden China, Xi Jinping, saat bertemu di sela konferensi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Vietnam pada akhir pekan lalu.

"Dia meyakinkan kami lagi, 'Jangan khawatir. Kalian memiliki hak untuk melakukan pelayaran dengan aman. Itu juga berlaku untuk semua negara,'" tutur Duterte setelah kembali ke Manila.

Meski demikian, sejumlah pengamat mengatakan kepada AFP bahwa Xi mengucapkan janji seolah China sebagai pengendali perairan yang mengizinkan negara lain untuk melintas di wilayah mereka.

Jika demikian, sikap Duterte ini berbeda dengan pernyataan yang ia lontarkan sebelum APEC. Pekan lalu, dia mengatakan bakal mempertahankan klaim Filipina di LCS.

Pendekatan Duterte ke China memang sempat membuat publik bertanya-tanya. Setelah Pengadilan Arbitrase Tetap (PCA) memutuskan bahwa klaim China atas 90 persen wilayah China tidak sah, Filipina sebagai pihak penuntut malah mau diajak berunding.

Namun, Duterte mengatakan bahwa itu memang merupakan strateginya dalam mengatasi sengketa ini. Dia pun akan berkata jujur ketika bertemu dengan Xi Jinping di Vietnam.

"Saya tahu kemauan Xi, arahnya, dan ini adalah permainan geopolitik yang dapat mengubah tatanan Asia Tenggara jika ada kesalahan," ucap Duterte, sebagaimana dikutip Inquirer pekan lalu.

Sumber: AFP
Editor: Udin