Penimbunan Hutan Bakau di Tembesi Kian Meresahkan
Oleh : Yosri Nofriadi
Jum\'at | 04-08-2017 | 14:26 WIB
penimbunan-bakau-tembesi1.gif
Penimbunan hutan bakau di Kelurahan Tembesi Kota Batam. (Foto: Yosri)

BATAMTODAY.COM, Batam - Aktifitas penimbunan kawasan hutan bakau di Kelurahan Tembesi, Kecamatan Sagulung kian meluas. Salah satunya aktivitas penimbunan hutan bakau di belakang Perumahan Taman Anugerah yang membuat masyarakat disana kuatir akan ancaman banjir.

Sebab, selama ini, kawasan tersebut menjadi resapan air. Namun saat ini sudah berubah menjadi hamparan tanah merah yang lokasinya lebih tinggi dari pemukiman warga.

"Pemukiman kami sudah jadi langganan banjir. Dengan hilangnya daerah resapan air, rumah kami bisa tenggalam," kata Rehan, warga disana, Jumat (4/8/2017).

Rehan, warga Perumahan Taman Anugrah mengaku sudah resah dengan aktifitas penimbunan hutan bakau itu. Dia menuturkan, awalnya penimbunan tersebut dilakukan tidak sampai kepada hutan mangrove di sekitaran rumahnya. Tetapi kini penimbunan tersebut kian meluas hingga ke bagian belakang dan samping rumah.

"Kami sudah melaporkan masalah ini ke pihak RT dan Kecamatan. Kami meminta pelaku penimbun jangan seenaknya saja main timbun-timbun, harus juga memperhatikan dampak yang akan terjadi dengan penimbunan tersebut," ujar Rehan.

Nasir, warga lainnya menambahkan yang lebih mengkuatirkan adalah imbas dari penimbunan hutan bakau di belakang perumahan mereka itu. Jika hutan bakau yang menjadi daerah resapan air itu ditimbun semua maka perumahan-perumahan yang ada di dekatnya akan menjadi lokasi langganan banjir nantinya.

"Tahulah daerah di sini bagaimana. Satu-satunya alur air mengalir ke arah hutan bakau yang mereka timbun itu, jadi kalau itu ditutup jadi tambah banjir rumah kami di sini," keluhnya.

Sementara Eko, ketua RT 03/RW 15 Perumahan Taman Anugrah mengungkapkan, untuk kawasan hutan mangrove yang di belakang rumahnya sudah sangat lama dikerjakan oleh developer. Bahkan pohon bakau itu sudah mulai rusak karena ditimbun untuk pembangunan perumahan.

"Sudah hampir habis pohon bakau ditebang oleh pihak developer. Kawasan hutan mangrove juga sebagiannya telah ditimbun untuk dijadikan lokasi perumahan," ujar Eko.

Warga menyesalkan kebijakan pemerintah dalam hal memberikan izin pemotongan lahan dan penimbunan hutan bakau tersebut yang tanpa mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan di sekitarnya.

"Kami tak melarang kegiatan seperti itu, tapi setidaknya ya pertimbangkanlah dampaknya. Jangan pihak proyek yang enak, kami warga yang sengsara karena dampaknya," ujar Eko.

Pantauan BATAMTODAY.COM di lapangan, aktivitas yang sudah berjalan lama ini kini telah merambah pada pemukiman warga setempat. Hampir seluruh hutan mangrove di lokasi tersebut ditimbun.

Tampak lori-lori pengangkut tanah merah saling berganti datang dan pergi ke lokasi penimbunan. Tidak banyak pekerja di lokasi, dan tidak ada orang yang bertanggung jawab atas penimbunan tersebut di lokasi.

"Kami hanya pekerja bang, kalau soal izin atau yang lainnya saya tidak tau. Kami di sini hanya bekerja saja," kata salah seorang pekerja yang ditemui di lokasi penimbunan.

Selain mengancam kelestarian hutan bakau dan merusak ekosistem, aktivitas penimbunan juga membuat area sepanjang jalan kotor dan berdebu akibat aktifitas alat berat dan truk pembawa tanah.

Pengguna jalan mengeluhkan masalah ini karena di saat panas jalanan menjadi berdebu, saat hujan menjadi becek dan licin. Bahkan warga di tempat tinggalnya diserang badai debu setiap saat.

Editor: Yudha