Sosialisasi Empat Pilar

Mempekuat Nasionalisme Dalam Pluralisme
Oleh : Roni Ginting
Senin | 17-04-2017 | 16:02 WIB
Sosialisasi-Empat-Pilar1.jpg

Anggota DPD RI/MPR RI dapil Provinsi Kepulauan Riau, Djasarmen Purba melakukan osialisasi Empat Pilar MPR RI dengan Jemaat gereja GBI Bukit Moria MKGR. (Foto: istimewa)

BATAMTODAY.COM, Batam - Anggota DPD RI/MPR RI dapil Provinsi Kepulauan Riau, Djasarmen Purba, SH kembali menggelar kegiatan sosialisasi Empat Pilar MPR RI dengan Jemaat gereja GBI Bukit Moria MKGR, Kamis (12/4/2017).

 

Kegiatan ini dimaksudkan agar sendi sendi kehidupan berbangsa dan bernegara tetap utuh dan terjaga. Hal ini justru menjadi tanggungjawab lembaga-lembaga keagamaan, mengingat Indonesia adalah bangsa yang ditempa dan dibentuk dari berbagai kelompok suku, agama, adat istiadat yang beaneka ragam.

"Pluralisme adalah suatu paham atau pandangan hidup yang mengakui dan menerima adanya kemajemukan atau keanekaragaman dalam suatu kelompok masyarakat. Kemajemukan dimaksud misalnya dilihat dari segi agama, suku, ras, adat-istiadat," kata Djasarmen.

Ia melanjutkan, bahwa Segi-segi pluralisme menjadi dasar pembentukan aneka macam kelompok lebih kecil, terbatas dan khas, serta yang mencirikhaskan dan membedakan kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Dalam suatu kelompok masyarakat yang majemuk dan yang lebih besar atau lebih luas.

Menurutnya, kemajemukan berarti menerima adanya perbedaan. Menerima perbedaan bukan berarti menyamaratakan, tetapi justru mengakui bahwa ada hal atau ada hal-hal yang tidak sama. Menerima kemajemukan bukanlah berarti bahwa membuat penggabungan gado - gado. Kemajemukan juga bukan berarti tercampur baur dalam satu frame atau adonan.

"Justru di dalam pluralisme atau kemajemukan, kekhasan yang membedakan hal (agama) yang satu dengan yang lain tetap ada dan tetap dipertahankan," Imbuh Djasarmen Purba.

Dalam kesempatan ini, unsur pimpinan, alat kelengkapan organisasi dan jemaat gereja sepakat bahwa sudah seharusnya bangsa ini pintar dan cerdas dalam berkendara menjalankan amanah hidup sebagai pemeluk agama dan sebagai warga Negara yang kita cintai.

Saat ini mengingat ada indikasi bahwa kelompok tertentu telah dimabuk oleh sebuah ideologi sendiri atas dasar keyakinan tertentu, yang diamalkan secara sempit dan terkesan dipaksakan kepada keyakinan diluar kelompok keyakinannya.

"Hal ini menjadikan munculnya fenomena perilaku dan ujaran atas keyakinan tertentu yang justru bersifat radikal, memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia Itu sendiri," tuturnya.

Tidak dapat dipungkiri, fakta dilapangan, gerakan pemecah dan radikal tersebut senantiasa ditunggangi oleh faham faham yang bersumber dari luar NKRI sendiri. Lebih banyak ditungangi oleh faktor propaganda, agitasi atau malah motif motif kepentingan dan persanigan ekonomi dan politik tertentu.

"Dalam kondisi seperti saat ini, maka lembaga keagamaan dan pemeluk agama di dalamnya diharapkan untuk dapat menjadi motor terdepan dan senantiasa mampu meredam, memberikan bimbingan dan pencerahan," kata Djasarmen

Editor: Yudha