Menjadikan Kampung Aceh BERSINAR (Bersih Tanpa Narkoba)

Tolong, Jangan Sebut Kampung Aceh Lagi
Oleh : Saibansah
Sabtu | 11-03-2017 | 08:00 WIB
kampungacehbatam.png

Ketua Permasa (Persatuan Masyarakat Aceh) Provinsi Kepri, Tengku Nanggroe Sulaiman dan saat polisi melakukan razia di Kampung Aceh. (Foto: Saibansah/Batamtoday.com)

SETIAP polisi melakukan operasi penegakan hukum di Kampung Aceh, Mukakuning Batam, saat itulah ada perasaan menyesak di dada kami. Karena Kampung Aceh, saat ini bukan kampung kami lagi. Itu sudah layak disebut Kampung Nusantara. Mengapa? Berikut penuturan Ketua Permasa (Persatuan Masyarakat Aceh) Provinsi Kepri, Tengku Nanggroe Sulaiman kepada wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah Dardani.

Tolong, jangan sebut Kampung Aceh lagi. Karena di wilayah Kecamatan Seibeduk Mukakuning Batam itu warga asal Aceh yang tinggal, sudah banyak pindah. Apalagi, dengan semakin seringnya polisi dan aparat penegak hukum lainnya, melakukan razia.

Di sana, sudah tinggal warga yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka juga sudah berbaur dan berakulturasi dengan baik. Dan telah terbangun perkampungan “Bhineka Tunggal Ika”, alias komunitas berbagai etnis dan agama. Maka, layak disebut dengan Kampung Nusantara. Praktis, kini warga asal Aceh yang masih tingga di sana jumlahnya sudah minoritas.

Jadi, sekali lagi, tolong jangan sebut Kampung Aceh lagi. Sebutlah dengan nama lain, misalnya, Kampung Nusantara.

Memang, Kampung Aceh tak dapat dipisahkan dengan “daerah bronk” peredaran narkoba di Batam. Terbukti, dari beberapa kali operasi penegakan hukum yang dilakukan oleh polisi atau gabungan dengan satuan lain, selalu berhasil menemukan barang bukti, baik itu sabu-sabu, ekstasi atau ganja. Juga, ditemukan para pengedar dan para pelaku tindakan kriminal lainnya.

Kadang, polisi terpaksa harus bertindak tegas dengan menembak kaki mereka, untuk melumpuhkan pelaku tindak kriminal tersebut. Seolah, sabu-sabu, ekstasi dan ganja serta pengedarnya itu tak ada habis-habisnya di Kampung Aceh. Datang dan datang lagi. Meskipun, tidak semua dari mereka adalah warga asal Aceh.

Maka, tak heran jika Kepala BNN (Badan Narkotika Nasional) Kota Batam, Darsono, mengungkapkan, meski sudah sering dilakukan penggerebekan dan penangkapan, namun selalu saja ada pelaku baru di sana. Maka, benarlah jika dikatakan, tak ada yang bisa menyelesaikan masalah akut di Kampung Aceh itu, sendirian. Diperlukan koordinasi yang baik semua pihak. Pemerintah, polisi dan aparat penegak hukum, masyarakat serta para tokoh.

Meski pun, BNN Kota Batam akan terus menerus melakukan operasi penindakan untuk meminimalisir peredaran narkotika di kampung Aceh. "Masalah ini tidak bisa hanya dikerjakan pihak penegak hukum, harus ada kerjasama dengan pemerintah, baik kota maupun provinsi dalam hal pembinaan di tengah-tengah masyarakat," kata Darsono, Minggu, 5 Februari 2017 lalu.

Untuk itu, tahun 2017 ini, Kampung Aceh menjadi target operasi BNN Kota Batam. Targetnya adalah menjadi Kampung Aceh menjadi Kampung BERSINAR (Bersih Tanpa Narkoba). "Target kita, tahun 2017 ini akan menjadikan Kampung Aceh, kampung bersih dari peredaran narkotika (Bersinar)," ungkap Darsono.

Dan saking seringnya operasi razia penegakan hukum itu digelar di Kampung Aceh, dan selalu membawa-bawa nama Aceh, tak jarang Ketua Permasa Provinsi Kepri, Tengku Nanggroe Sulaiman ini mendapat panggilan telepon dari berbagai kota di Indonesia.

Terutama, telapon dari kampung halaman, Nanggroe Aceh Darussalam. Tentu saja, menanyakan mengenai kabar mereka yang ditangkap polisi dan yang masih “sekolah” di dalam penjara. Ada diantara mereka yang baru “sekolah SD”, itu artinya, baru masuk hotel prodeo.

Tapi tak sedikit diantara mereka yang kini mendekam di Lapas Batam, sedang “sekolah SMP atau SMA”. Itu artinya, adalah kali kedua dan ketiga mereka masuk penjara. Apalagi, kalau bukan karena terjerat kasus narkoba!

“Makanya, pernah pas bezuk mereka, saya sampai habis uang delapan juta, untuk beli rokok dan oleh-oleh buat mereka,” ungkap pria yang logat Acehnya kental itu didampingi Pengamat Sosial & Kemasyarakatan, Teuku Jayadi Noer.

Bagaimana sejarah Kampung Aceh di Batam itu? Simak lanjutan tulisan ini selanjutnya…

Editor: Yudha