Penggusuran Tanjunguma Fokus di Lahan Tiga Hektar, Ini Keterangan Pemilik Lahan
Oleh : Romi Candra
Selasa | 17-01-2017 | 19:20 WIB
bambangpemiliklahan.jpg

Direktur PT Wira Nata Tamtama, Bambang Soediono selaku pemilik lahan. (Foto: Romi Candra)

BATAMTODAY.COM, Batam - PT Wira Nata Tamtama, mengklaim sebagai pemilik lahan yang dialokasikan Badan Pengusahaan (BP) Batam di kawasan Tanjunguma seluas 7,5 hektar. Untuk proses penggusurannya, akan dilakukan menjadi tiga tahap.

Direktur PT Wira Nata Tamtama, Bambang Soediono, selaku pemilik lahan, mengatakan, pelaksanaan untuk tahap pertama, penggusuaran di tiga hektar tersebut, akan dilakukan pembangunan gardu induk transmisi listrik. Tujuaannya, untuk menambah daya energi listrik untuk empat tahun ke depan bagi Batam.

Sebab, saat ini transmisi energi listrik yang ada di Baloi Batam sudah tidak bisa dipertahankan lagi untuk ke depan. Mengingat, jumlah penduduk Batam yang semakin bertambah. "Makanya harus dibangun," ungkap Bambang, Selasa (17/1/2017).

Kemudian, tahap kedua untuk 2 hektar, lahan tersebut sudah dihibahkan ke Pemerintah Kota Batam dengan peruntukan pembangunan rumah susun dengan tingkatan lebih banyak.

"Tujuannya, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tempatan yang ingin memiliki atau Rusunami, serta untuk pendatang yang belum memiliki tempat tinggal bisa menyewa," terangnya.

Sementara itu, untuk tahapan ketiga, dengan sisa lahan yang ada, akan diperuntukkan pembangunan apartemen.

Dalam konsepnya, tambah Bambang, pihaknya menganut satu konsep, yakni menggusur, mengganti dan membangun. "Jadi palaksanaaannya, sebelum dilakukan penggusuran, kita memberikan kavling 6x10 meter untuk setiap pemilik rumah yang terkena gusur," tambahnya.

Saat ini, pihaknya juga telah menyiapkan 250 kavling di Punggur. Jumlah tersebut, sudah melebihi jumlah rumah yang akan digusur, yakni 150 rumah.

"Saya rasa dengan jumlah itu sudah tertampung untuk warga yang memiliki 150 rumah saja.sejauh ini yang sudah kooperatif adalah sebanyak 61 rumah. Sisanya karena tidak kooperatif, terpaksa dilakukan tindakan pembersihan," paparnya lagi.

Selain itu, penggantian tidak hanya berbentuk kavling. Pihaknya juga memberikan uang sagu hati Rp 2 juta, biaya pembongkaran Rp1 juta, serta biaya transport Rp300 ribu. "Ini bentuk dari kita agar masyarakat merasa tidak dirugikan," lanjutnya.

Tentunya, lanjut Bambang, jika pemabngunan gardu ini tidak dilakukan secepatnya, akan terjadi pemadaman listrik di kota Batam. Buntutnya, masyarakat juga akan teraniaya dengan sendirinya.

"Tahap pertama ini, memang harus dibangun tahun ini. Tentu kita tidak mau adanya pemadaman listrik, atau listrik menyala secara bergilir," pungkasnya.

Editor: Dardani