Catatan Studi Banding Kepala Sekolah dan Guru Berprestasi ke Malaysia

YKB Batam Teken MoU dengan SMK Tengku Mahmud Iskandar Malaysia
Oleh : Redaksi
Selasa | 15-11-2016 | 08:00 WIB
studigurusmakartini.jpg

Saat para Kepala Sekolah dan guru YKB berprestasi mengadakan studi banding ke Malaysia. (Foto: Ist)

 

MALAKA, 9 November 2016, 23 orang kepala sekolah dan guru berpretasi serta pengurus Yayasan Keluarga Batam (YKB) menimba ilmu ke sekolah inklusi di Johor, Malaka, dan Kuala Lumpur. Apa saja yang mereka peroleh? Berikut catatan perjalanan yang ditulis Ani Muslimah, S.S., Kepala Sekolah SMA Kartini Batam yang juga Pembina Tim jurnalistik SMA Kartini Batam.

 

Memperingati hari jadi YKB ke-38, banyak agenda kegiatan yang dilaksanakan para guru dan pengurus YKB. Diantaranya adalah melakukan studi banding ke Malaysia.

Studi banding ini diikuti oleh 23 orang yang terdiri atas pengurus YKB, kepala-kepala sekolah beserta wakil sekolah Kartini dan para guru berprestasi di lingkungan YKB. Sekolah yang dituju adalah sekolah inklusi di Johor, Malaka, dan Kuala Lumpur.

“Tujuan dari kegiatan ini agar para kepala sekolah dan wakil tiap-tiap sekolah memiliki pengetahuan dan pengalaman lebih, terutama dalam hal pengelolaan sekolah inklusi,” demikian papar Ibu Dar, sapaan akrab, Sri Soedarsono, Ketua YKB yang mengelola sekolah-sekolah Kartini.

Menurut Ibu Dar, YKB telah melaksanakan sekolah inklusi untuk semua tingkat sekolah, mulai dari TK, SD, SMP, maupun SMA dan SMK. Jadi, anak-anak yang berkebutuhan khusus seperti slow learner, down sindrome, autis dan sebagainya, dapat belajar bersama dengan siswa yang lain di sekolah Kartini. Tentu ini perlu dukungan SDM, sarana prasarana, dan support dari semua pihak agar pendidikan inklusi ini sukses.

“Sekolah inklusi perlu diperhatikan karena para penyandang difabel (yang dulu disebut penyandang cacat) juga butuh pendidikan, sama dengan anak-anak yang lain. Mereka juga memiliki hak untuk sukses di masa depan meskipun dengan segala keterbatasannya. Sekolah Kartini juga memiliki motto “Friendly School” dan “Pendidikan Tanpa Gagal”, yang artinya pelayanan prima dilaksanakan demi sukses pendidikan semua siswa di sekola Kartini. Semuanya diupayakan semaksimal mungkin, tidak ada kata gagal dalam pendidikan,” lanjut Ibu Dar.

Ibu Dar berharap, semoga dengan rangkaian program yang dilaksanakan dalam rangka HUT YKB Ke-38 ini membawa sekolah Kartini tetap sukses dalam pelayanan pendidikan, terutama di Kota Batam.

Perlu diketahui bahwa dalam rangka HUT YKB ke-38, YKB melaksanakan serangkaian kegiatan mulai dari perayaan pembukaan HUT YKB; perlombaan antar sekolah Kartini, baik antar siswa maupun antar guru. Juga, dua seminar, yaitu mengenai Sekolah Inklusi dan Keteladanan Inspirasi BJ Habibie; study banding ke Malaysia; serta perayaan penutupan HUT YKB di SD dan SMP Kartini I Batam yang terletak di Sekupang.

Perjalanan study banding diketuai oleh Kabid Kurikulum YKB, Drs. Heri Supriyadi. Berangkat dari Pelabuhan Harbourbay menuju Johor. Sekolah pertama yang dikunjungi adalah Sekolah Menengah Kebangsaan Tengku Mahmud Iskandar di Tangkak, Johor. Lawatan ini membuahkan MOU antara YKB dengan Sekolah Menengah Kebangsaan (SMK) Tengku Mahmud Iskandar.

Puan Nurul Huda Binti Jamal, Penolong Pengarah Pendidikan Khas Negeri Johor (semacam Kepala Bagian Pendidikan Khusus/ SLB) menyampaikan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya atas lawatan rombongan dari YKB dan mempercayakan sharing pengetahuan dengan pihak sekolah di Malaysia.

Hari kedua, sebelum mengunjungi sekolah, peserta study banding YKB terlebih dahulu mengadakan pertemuan dengan pihak SEAMEO SEN (South East Asia Minister of Education Organization Special Education Needs). Ncik Azis Lani, Ketua Unit Pendidikan Khas, Jabatan Pendidikan Malaka, Kementrian Pendidikan Malaka menyampaikan paparan mengenai program pendidikan inklusi bagi OKU (Orang Kurang Upaya) atau disebut disabel di Indonesia.

Ncik Azis Lani menyampaikan, bahwa Pemerintah Malaysia sejak tahun 2008 telah mengupayakan layanan pendidikan inklusi dan telah membuat undang-undang mengenai pendidikan inklusi tersebut. Disampaikan bahwa di Malaysia setiap sekolah wajib menerima siswa disabel yang berkeinginan belajar dan bersekolah di sekolah tertentu. Bila ada sekolah yang menolak, maka akan mendapatkan sanksi dari pemerintah.

Ditanya mengenai upaya kerjasama yang dilakukan dengan Indonesia, terutama dalam hal pendidikan, Ncik Azis Lani menyampaikan bahwa pemerintah Malaysia dan Indonesia menjalin kerjasama di bidang pendidikan antara lain adanya program pertukaran pelajar.

Harapannya, terhadap pendidikan inklusi di manadiharapkan adanya kerjasama dan dukungan dari semua pihak, baik keluarga, pendidik, dan masyarakat agar anak-anak disabel tetap dapat meraih masa depan yang baik, tentu saja melalui pendidikan yang mereka butuhkan, sesuai dengan talenta dan kemampuan, serta kelebihan yang mereka miliki.

Pertemuan diakhiri dengan saling bertukar penghargaan dan kenang-kenangan dari SEAMEO SEN dan YKB. Setelah itu, peserta study banding melanjutkan kunjungan ke Sekolah Kebangsaan Bukit China. Sekolah ini merupakan sekolah dasar yang juga memberlakukan pendidikan inklusi.

Kepala Sekolah, Ncik Muhammad Nurdin Hamzah dan wakil serta guru dan siswa menyambut kedatangan peserta study banding YKB dengan sangat antusias. Para siswa inklusi menampilkan berbagai pertunjukan sehingga memeriahkan suasana.
Peserta study banding selanjutnya berbincang dan berdiskudi di ruang pertemuan. Setelah itu, mereka melihat-lihat kondisi di dalam kelas. Tanya jawab dan sharing dilakukan antara peserta study banding dengan guru di sekolah tersebut.

Hari ketiga peserta study banding mengunjungi SMK Putra Jaya yang terletak tak jauh dari pusat pemerintahan Putra Jaya di Kuala Lumpur. Sekolah ini setara pendidikan SMP dan SMA. Ncik Ruslan sebagai pimpinan sekolah ini, beserta wakilnya, menjelaskan banyak hal mengenai kurikulum dan regulasi pelaksanaan program pendidikan inklusi di SMK Putrajaya, khususnya.

Pertemuan diakhiri tanya jawab dan foto bersama, serta mengunjungi kelas-kelas tempat siswa inklusi belajar. Kelas-kelasnya antara lain kelas menggambar, kelas musik, kelas memasak, kelas keterampilan mencuci, seterika dan sebagainya.

Hari keempat peserta study banding diberi kesempatan untuk belanja dan menikmati wahana di Legoland, kemudian menuju Johor dan kembali ke Batam. Di perjalanan menuju Johor, ketua pelaksana study banding, Heri Supriyadi menyampaikan terima kasih atas partisipasi dan kerjasama peserta selama mengikuti perjalanan dan kunjungan.

“Selesai kunjungan ini, para peserta study banding membuat reporting masing-masing sekolah, kemudian diserahkan kepada tim perumus yang dikoordinir oleh Ibu Riniatun, Kepala SLB Batam,” ujar Heri Supriyadi.

Selanjutnya, diharapkan adanya tindak lanjut berupa penyusunan pedoman penyelenggaraan Program Inklusi di Sekolah Kartini. Akan ditentukan mengenai penerimaan, regulasi, dukungan sarana prasarana, serta sistem yang akan diberlakukan.

Yang unik dari study banding ini adalah, penyampaian kesan dan presentasi peserta secara langsung di dalam bus. Satu persatu giliran maju ke bagian depan bus untuk presentasi di depan peserta lainnya. Riniatun selaku ketua program inklusi di YKB mengatakan,

”Ini untuk memanfaatkan waktu di perjalanan. Tiap presentasi peserta direkam dan dikirim ke ketua Litbang YKB, drg. Sri Utami Soedarsono, M. Psi., yang kebetulan tidak bisa ikut serta pada study banding ini. Ini adalah permintaan beliau sebagai bahan evaluasi dan masukan untuk dipertimbangkan dalam mengembangkan pendidikan di sekolah Kartini, terutama program inklusi.” ujar Riniatun.

Para peserta menyatakan terkesan dengan study banding kali ini. Seperti disampaikan oleh Wety Suprapti, ”saya sangat berterima kasih kepada YKB atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk melakukan kunjungan ini."

Ditambahkan Wety Suprapti, pengalaman studi banding ini sungguh luar biasa. Dari kunjungan ke tiga sekolah dan pertemuan dengan SEAMEO SEN, kami belajar banyak.

Banyak hal yang bisa diadaptasi oleh sekolah kita. Namun juga terdapat beberapa yang sebenarnya sekolah kita lebih unggul. Jadi mari kita percaya diri membangun pendidikan sekolah kita dengan segala kemampuan yang ada pada kita, terutama memperjuangkan anak-anak disabel ntuk meraih masa depan mereka.” demikian Wety menyampaikan kesannya.

Editor: Dardani