Mengapa Kau Aniaya Gurumu, Nak...
Oleh : Harun Al Rasyid
Jum'at | 12-08-2016 | 08:00 WIB
ayahpemukulguru.JPG

Belum cukupkah kau sakiti hati gurumu dengan kelalaianmu tak mengerjakan pekerjaan rumah? Belum cukupkah pula kau kecewakan gurumu melihat tingkah-laku dan tingkah-polamu yang kerap kali melewati batas kesopanan? Lalu mengapa masih juga kau aniaya gurumu, nak? Berikut catatan wartawan BATAMTODAY.COM Harun Al Rasyid, yang juga sarjana pendidikan dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. 

 

NEGERI ini kembali dikejutkan dengan ulah murid dan orang tuanya yang benar-benar menjijikkan dan memalukan. Karena telah "melemparkan" negeri ini pada satu image sebagai bangsa yang tidak berbudi luhur. Bagaimana bisa disebut sebagai bangsa yang berbudi luhur, kalau gurunya sendiri dipelasah? Dianaiaya sampai berdarah-darah hingga harus diinfus?

Entahlah, "jenis" manusia apa yang berpikir pendek dan melakukan penganiayaan seorang guru di depan para murid-muridnya itu? Di sekolah tempat anaknya menuntut ilmu, lagi.

Ujian itu menimpa Dasrul, guru berusia 52 tahun yang berdarah-darah dipukuli Adnan Achmad (43) orang tua MAS, siswa yang menjadi biang kerok kejadian memalukan itu. Kejadian itu terjadi lingkungan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Makassar, Rabu, 10 Agustus 2016 lalu.

Kalau saja keadaan tidak segera dikendalikan oleh Kepala SMKN 2 Makassar, Chaidir Madja sudah pasti akan terjadi pengeroyokan. Sebab para siswa sudah ingin melampiaskan kemarahan mereka kepada Adnan Achmad (43) dan anaknya MAS. Beruntung, anggota Polsek Tamalate bergerak cepat dan langsung mengamankan Adnan Achmad dan anaknya. Kini, keduanya telah ditahan polisi.

Persoalannya bukan hanya berhenti sampai pada penahanan bapak dan anak yang telah menampar kewibawaan para guru di Indonesia. Tapi juga membangkitkan para murid dan mantan murid di Indonesia. Maka, tak dapat disalahkan jika para guru dan murid kemudian melakukan aksi demo di depan kantor Polsek Tamalate, Makassar, Rabu, 8 Agustus 2016.

Ada yang salah dengan dunia pendidikan di negeri ini? Sekolah bukanlah lembaga kursus atau bimbingan belajar. Kalau sekolah mau dijadikan sebagai lembaga kursus atau bimbingan belajar, yang terjadi adalah "transaksi ilmu pengetahuan" belaka. Tidak ada tranfer moral, pembangunan etika dan ceracter building pada anak-anak kita, generasi masa depan negara ini.

Baca Juga: Rontoknya Moral Anak-Anak Kita...

Dan jika para guru kemudian bersikap pasif dan membiarkan saja para muridnya berlaku seenaknya. Maka itulah malapetaka yang sesungguhnya telah terjadi pada dunia pendidikan kita. Anak-anak dibiarkan menjadi "preman" dan dibiarkan saja meluncur laju ke jurang kenistaan. Naudzubillahi min dzalik...

Inilah saatnya semua pihak hadir, terutama negara! Ayo, selamatkan dunia pendidikan kita dari jenis manusia seperti Adnan Achmad dan anaknya. Kalau memang tidak percaya dengan guru di sekolah, silakan ambil kembali anakmu dan didiklah sendiri di rumahmu. Jangan karena kelakuan satu orang anak, rusaklah dunia pendidikan negeri ini.

Sungguh miris menjadi guru di negeri ini...

Baca Juga: Mirisnya Jadi Guru di Negeri Ini...

Editor: Dardani