Dimotori BNN, Negara ASEAN Kumpul di Batam Bahas Pemberantasan Narkotika
Oleh : Hadli
Rabu | 20-07-2016 | 15:22 WIB
buwas-bnn-batam.jpg

Kepala BNN Komjen Budi Waseso memberikan keterangan mengenai pertemuan negara-negara Asean SITF (Seaport Interdiction Task Force) di Batam.

BATAMTODAY.COM, Batam - Negara-negara se-Asean yang tergabung dalam Asean SITF (Seaport Interdiction Task Force) menggelar pertemuan yang pertama kali setelah 5 tahun lalu dibentuk di Turi Beach Resort, Batam, Rabu (20/7/2016).

 

Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komisaris Jenderal Polisi Budi Waseso mengatakan, terpilihnya Batam sebagai lokasi pembahasan karena merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang rawan penyeludupan Narkoba.

"Kegiatan ini dilatarbelakangi peredaran narkotika karena negara-negara se-Asean juga merupakan suatu negara yang mendapat ancaman narkotika. Dari negara-negara Asean, Indonesia merupakan pangsa pasar terbesar peredaran narkotika termasuk melalui Batam," kata dia.

Batam, kata Buwas merupakan wilayah yang rawan terjadinya penyeludupan narkotika melalui transportasi laut, karena letak geografis yang berdekatan dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia dimanfaatkan jaringan internasional untuk menjadikan Batam sebagai daerah transit narkotika.

"Menghadapi tantangan dan ancaman ini, penegak hukum bidang narkotika di seluruh negara-negara Asean menyepakati perlunya membangun Gugus Tugas Interdiksi Pelabuhan Laut Asean atau Asean SITF," ujarnya.

BNN katanya, memerangi peredaran narkoba dengan cara berkoordinasi dengan instansi terkait, seperti Bea dan Cukai, Imigrasi, TNI dan instansi lainnya termasuk pemeritah daerah.

Buwas juga menjelaskan, salah satu poin yang akan dibahas dalam Asitf adalah maraknya penyelundupan narkotika jenis sabu dari negara Malaysia yang dicegah melalui jalur pelabuhan resmi maupun pelabuhan tikus.

"Penyelundupan dari Malaysia menjadi salah satu yang kita bahas. Kita akan bikin kesepakatan yang saling menguntungkan. Semua harus untung. Jadi nantinya sudah ada keputusan dan kesepakatan yang bisa dilaksanakan dalam bentuk penanganan masalah Narkotika," terang Buwas.

Malaysia, menurutnya, juga bagian negara di Asean sebagai negara transit. Narkoba-narkoba yang masuk ke Malaysia berasal dari Guangzhou, China. Jaringan internasional ini melanjutkan penyeludupan ke Indonesa karena pangsa pasar yang besar.

"Kita tidak bisa menyalahkan negara lain. Mereka juga punya aturan. Seperti di Malaysia, baik pemakai maupun pengedar lebih tertutup dibanding di Indonesia yang lebih terang serangan. Karena di sana jauh lebih berat taruhannya kalau mau pakai narkotika," ujar Buwas.

Buwas mengatakan, pada dasar untuk mencapai bersih dari narkoba tidak hanya dibutuhkan peran dari negara karena sangat dibutuhkan peran penting dari masyarakat bekerja sama dalam penangan anpersoalan narkotika.

"Kita butuh komitmen masyarakat untuk pemberantasan, jangan hanya menyalahkan, tetapi kita juga harus bisa mencegah. Kalau pemakai tidak ada tentunya suplai barang pun tidak ada," sambungnya.

Untuk merealisasikan hal ini, Indonesia yang dimotori BNN mengambi inisiatif untuk menggelar pertemuan pertama d itingkat Asean yang khusus membahas upaya penguatan kolaborasi interdiksi dan pelabuhan laut atau perairan.

"Penyelenggaraan ini tidak berdiri karena didasari mandat dari pertemuan ASOD (Asean Senior Official on Drug Matters) dan didorong para menteri di Asean yang membidangi masalah narkoba dalam pertemuan terakhir di Langkawi Malaysia pada Oktober 2015," terangnya.

Buwas menegaskan, tujuan yang ingin dicapai dari pertemuan ini, adalah untuk berkolaborasi, berinisiatif dan berkoordinasi dalam melakukan interdiksi lalu lintas peredaran narkoba di Asean melalui pemeriksaan di Pelabuhan Internasional Asean bertujuan menghentikan lajunya lalu lintas narkoba baik ke dalam maupun melalui kawasan Asean.

Editor: Dodo