Hardi Hood Gandeng Penyuluh Agama Sosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan
Oleh : Irwan Hirzal
Senin | 20-06-2016 | 13:41 WIB
hardi-empat-pilar-kemenag.jpg

Anggota MPR RI Hardi Selamat Hood saat menyosialisasikan empat pilar kebangsaan di kalangan penyuluh agama di Batam. (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Batam - Anggota MPR RI Hardi Selamat Hood asal Kepri menyatakan siap untuk menggandeng penyuluh agama yang berada di bawah naungan Kantor Kementerian Agama di lingkup Provinsi Kepri guna menyosialisasikan empat pilar kebangsaan.

"Kami menilai para penyuluh agama adalah kelompok strategis yang dapat diajak berkerjasama dalam mensosialisakan empat pilar kebangsaan, mereka merupakan motor yang sudah teruji dalam menjaga moral masyarakat," ujar Hardi saat melakukan sosialisasi empat pilar kebangsaan bersama para penyuluh Kemenag Batam, beberapa waktu lalu.

Menurut Ketua Komite III DPD RI ini, anggota MPR yang hanya berjumlah 500 orang tidak akan mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat di republik ini, karena itu upaya untuk memperbanyak kelompok masyarakat yang terlibat dalam menyosialisaikan 4 pilar kebangsaan menjadi penting dan perlu.

"Saya akan berusaha menyuarakan agar para penyuluh ini dapat diakomodir dalam system keuangan kita sehingga fasilitas yang mereka perlukan dalam melakukan sosialisasi dapat terpenuhi. Namun di luar itu saya secara pribadi juga siap, tapi jumlah penyuluh yang dapat saya akomodir juga terbatas," katanya, kepada 150 penyuluh agama di Kantor Kementerian Agama Kota Batam, Rabu (8/6/2016).

Terkait respon masyarakat terhadap materi empat pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD 45, Bhineka tunggal Ika dan NKRI, Hardi menceritakan bahwa Para orangtua dan tokoh masyarakat saat ini merindukan dialog tentang Pancasila, UUD 1945, Bhinneka tunggal ika, serta Negara Kesatuan RI. Pancasila adalah Indonesia, jika Pancasila tidak ada, maka Indonesia pun tidak ada.

"Mereka adalah kelompok yang sempat merasakan P4 dan kini telah merindukan kembali penyegaran terhadap falsafah berbangsa dan bernegara lewat diskusi tentang Pancasila dan UUD 1945," kata Hardi.

Kebanyakan anak generasi saat ini, kata Hardi Hood, tidak lagi merasakan kebanggaan berbangsa dengan identitas Pancasila dan UUD 45. "Rata-rata anak mereka (peserta) tidak merasakan Pancasila ada atau tiada. Baik di sekolah maupun di tengah masyarakat. Nah, dengan ini kita coba meng-created melalui sekolah formal maupun non formal, agar Pancasila kembali menjadi topik yang bergairah didiskusikan di tengah masyarakat," kata Hardi.

Kalau tidak, katanya, masyarakat merasa ada Pancasila tetapi tidak punya pengalaman mengamalkan sebaik-baiknya. "Seperti agama, kita mengerti agama, tetapi kita tidak melaksanakannya. Sama juga halnya dengan kita mengerti Pancasila, memahami agama, tetapi kita juga radikal," tandasnya.

Editor: Dodo