Sopir Trans Batam Mulai Rasakan Pahitnya Pembatasan Jam Trayek
Oleh : Harun al Rasyid
Sabtu | 23-04-2016 | 16:57 WIB
trans-batam-lagi.jpg
Trans Batam.

BATAMTODAY.COM, Batam - Regulasi jam trayek yang diinstruksikan Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Ahmad mulai dirasakan pahitnya oleh sopir Trans Batam trayek Tanjunguncang-Batam Center. Hampir setiap hari, selalu saja ada gesekan antara sopir Trans Batam dan sopir Bimbar. 

Rizky, pengawas Trans Batam yang mengatur arus jam transportasi dari arah Tanjunguncang menuturkan, selalu saja ada keluhan yang dia terima setiap hari. Biasanya, keluhan itu datang dari sopir yang melaksanakan trip terakhir dari Batam Center menuju Tanjunguncang. 

"Pokoknya kalau sudah sore pasti ada keributan. Bertengkar lah, adu mulut lah, pokoknya ada saja yang dikeluhkan sopir," tutur Rizki ketika ditemui BATAMTODAY.COM, Sabtu (23/4/2016). 

Rizki mengatakan keributan itu dipicu anggapan melanggar jam regulasi trayek yang sudah ditetapkan Pemko Batam. Penetapan itu merupakan buntut dari aksi demontrasi yang dilakukan sopir Bimbar beberapa waktu lalu ke Dinas Perhubungan Kota Batam. 

"Padahal kalau yang diinstruksikan itu terakhir jam 5 sore dari Batam Center. Jadi jam 6 sudah di Tanjunguncang dan selesai jam operasninya," ucap Rizki sambil menunjukan jadwal trayek Trans Batam. 

Jadwal yang diteken Kepala BLU UPT Pelayanan Jasa Transportasi Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Batam Abdul Madian ini jelas tertera terakhir pemberangkatan dari Batam Center pukul 17.00 WIB. Kemudian, sesuai jadwal keberangkatan bus Trans Batam yang terpampang di Terminal Koridor II Tanjunguncang, semua mobil wajib berhenti pada pukul 18.00 WIB di terminal tersebut. 

"Kita berangkat sesuai jadwal. Cuma memang karena macet dan hal-hal teknis di lapangan sehingga kadang agak telat," ujarnya. 

Surung Togi Pakpahan, staf operasional Damri Tanjunguncang yang juga menangani operasi Trans Batam menambahkan, arah jalan yang ditempuh Trans Batam terhadang beberapa lampu merah menjadi penyebab keterlambatan Trans Batam.

Lampu merah tersebut antara lain lampu merah Ikan Daun, Masjid Raya, Simpang Frengki, Simpang Kara, Simpang Kabil, Panbil, Pertigaan Barelang, Putri Hijau, Simpang Base Camp dan dua lainnya di Simpang Fanindo. 

Apalagi pada sore hari, arus kendaraan dari Batam Center ke Batuaji sangat padat. Dengan demikian ia meminta pihak sopir Bimbar agar memahami keadaan yang ada di lapangan. "Ini sebenarnya salah komunikasi, tetapi jangan sampai saling gontok-gontoaan. Sama-sama saling mengertilah," ucap Surung. 

Keluhan yang diterima Surung lalu diteruskan ke Dishub Kota Batam agar segera ditangani. Akan tetapi kata Surung, pihak Dishub seakan cuci tangan dalam menangani keluhan para sopir Trans Batam ini. "Beberapa kali kita sampaikan, cuma memang belum ada tanggapan. Kita jadi serba salah, kita bagian operasional yang repot jadinya," tuturnya. 

Kardiman. salah satu sopir bus Trans Batam menuturkan, sering kali mendapatkan perlakuan kurang mengenakan dari sopir Bimbar. Salah satu contohnya mereka dilarang menaikan penumpang di halte dekat lampu merah Simpang Frengki. Sikap monopoli oknum Bimbar tersebut dianggapnya tidak relevan dengan tugas mereka yaitu hanya menaik-turunkan penumpang di halte yang telah disediakan. 

"Coba saja setiap sore nongkrong di sana (Simpang Frengki, red), selalu saja ada konflik. Kami mau berhenti di situ tidak bisa, dihadang mereka. Kita tidak berhenti juga salah," ungkap Kardiman. 

Puncaknya terjadi aksi penyanderaan yang dilakukan belasan oknum sopir Bimbar kepada Bobi dan Jihan selaku sopir kernet (tiketing) bus Trans Batam pada Jumat (21/4/2016) sekitar pukul 18.00 WIB. Buntut dari beberapa masalah dan penyanderaan ini Kardiman mengaku meras tidak nyaman dan aman bila berkendara. 

"Kita harapkan ada solusi dari Pemko Batam agar permasalahan kami bisa diatasi. Lagian kitakan melayani penumpang, kalau begini sama-sama susah. Sopir Bimbar jangan terlalu menghakimi kami lah, sama-sama kerja kita," harapnya. 

Editor: Dodo