Mantan Wartawan TPI di Batam Pramono Telah Tiada
Oleh : Saibansah
Minggu | 17-04-2016 | 12:29 WIB
IMG-20160417-WA0006.jpg
Pramono (kiri), Wakil Gubernur Kepri, Nurdin Basirun (tengah) dan Muhammad Nur, wartawan Batam Pos peraih anugerah Adinegoro. (Foto: Julius Ginting)

BATAMTODAY.COM, Batam - Mantan wartawan TPI (Televisi Pendidikan Indonesia) Biro Kepri, Pramono, telah tiada. Mas Pram, demikian dia biasa disapa, meninggal dunia pada usia 49 tahun di kampung halamannya, Madiun Jawa Timur, Jumat, 15 April 2016 sekira pukul 23.00 WIB. 

"Menurut istri beliau, Mas Pram mengidap penyakit demam berdarah," ujar sahabat almarhum yang juga mantan mitranya saat bersama-sama bekerja di TPI, Julius Ginting kepada BATAMTODAY.COM, Sabtu (16/4/206) malam. 

Sebenarnya, tambah Julius Ginting, wartawan senior di Batam itu sudah berangsur sembuh. "Karena itulah, Mas Pram kembali ke Batam. Tapi tak lama setelah itu, penyakitnya kambuh lagi. Jadi, oleh istrinya diantar kembali ke Madiun. Tapi ternyata, Mas Pram meninggal di sana," tuturnya. 

Saat BATAMTODAY.COM bersama dengan wartawan The Jakarta Post, Fadli bertakziah ke rumah duka di Perumahan Tiban Palm, Tiban Batam, sudah berdiri tenda di depan rumah almarhum. "Semuanya ini hasil gotongroyong para tetangga, karena istri almarhum sedang di kampung," ujar seorang tetangga Mas Pram. 

Tak hanya mendirikan tenda, tapi mereka juga menggelar acara tahlilan hingga tiga hari. "Untuk tahlilan malam ini dan besok, setelah maghrib. Tahlilan malam ketiga, setelah isya," tambah tetangga yang lainnya. 

Sebelum bekerja di TPI, Pramono pernah bekerja di Harian Sijori Pos yang sekarang berganti nama jadi Batam Pos. Kemudian, berpindah di Kantor LKBN Antara Jakarta. 

Sementara itu, mengenang persahabatannya dengan almarhum, wartawan The Jakarta Post, Fadli menulis di lapan facebooknya sebagai berikut : 

Status tuan dari tanah gempa, demikian kami menobatkan sahabat di tengah Pulau Andalas itu, mengagetkan sekaliguskan menyedihkan. Status itu mengabarkan kabar duka, telah berpulang ke Rahmatullah Supramono bin Supardjan, mantan wartawan TPI di Batam dalam usia 49 tahun.

Setelah membaca kabar duka itu, bersama seorang sahabat lainnya kami bergegas ke rumah almarhum, untuk sekedar menyampaikan rasa simpati dan sedikit berkirim doa.

Saat memasuki kompleks perumahan tempatnya selama ini berdiam, ada rasa ragu, apakah ini masih tempat tinggalnya. Namun setelah mata menangkap sebuah sedan Camry tua miliknya terparkir di bawah pohon, baru yakin memang di sinilah beliau ada.

Cukup lama menatap Camry tua itu, sudah usang, sepertinya lama tidak digunakan lagi, ban mobilnya sudah mulai tertimbun tanah. Saat mengemudikan mobil itu, beliau selalu berada di jalur kanan dengan kecepatan yang seharusnya berada di jalur kiri.

Telah lama memang tak bersua dengan Mas Pram, begitu biasanya beliau disapa, setelah dirinya tak aktif lagi menjadi wartawan. Beberapa kali bertemu saat berada di masjid, ternyata itu pula pertemuan terakhir dengannya.

Dalam interaksi beliau cukup serius, selalu menempatkan lawan bicaranya dalam posisi yang dihormati. Komunikasi bersamanya, seperti sebuah komunikasi yang penuh makna, jarang tapi serius.

Di rumah duka, hanya ada para tetangganya yang menjadi tuan rumah. Jenazah sudah di kebumikan tadi pagi di Madiun, kampung halamannya. Di Batam, almarhum tak memiliki sanak saudara, tapi persahabatannya dengan para tetangga membuktikan dia orang baik.

"Saat beliau dirawat di rumah sakit, para tetangga yang bergiliran menjaganya," tutur salah seorang dari mereka.

Selamat jalan Mas Pram, semoga khusnul khotimah dan mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya...

Kami para sahabatmu akan terus mengenang saat-saat kita bersama-sama meliput berita...

Editor: Dodo