Derita SS, Gadis 7 Tahun Penderita HIV AIDS di Batam

Mengapa Aku Begini, Ibu...
Oleh : Irwan Hirzal
Sabtu | 12-03-2016 | 08:00 WIB
IMG_20160308_151911.jpg
SS, saat menuju rumahnya di Bengkong Batam. (Foto: Irwan Hirzal)

USIANYA, tujuh tahun. Badannya kurus, penuh luka koreng. Rambutnya lurus, pendek. Gadis seusianya itu, adalah masa-masa terindah dalam perjalanan hidup anak manusia. Namun tidak demikian dengan SS. Sejak lahir, SS sudah menanggung beban hidup yang tidak ringan. Dia lahir dengan virus HIV/AIDS di dalam tubuhnya. Bagaimana kisah hidup SS? Berikut liputan wartawan BATAMTODAY.COM, Irwan Hirzal tentang gadis mungil itu. 

Tak ada satu pun manusia yang bisa memilih, harus lahir dari rahim siapa. Semuanya sudah diatur Tuhan Yang Maha Kuasa. Tinggal menjalani saja. Termasuk, SS. Gadis mungil ini tak bisa memilih, mengapa harus lahir dari rahim seorang ibu yang menderita HIV/AIDS.

Sebelum mengetahui ada virus sangat berbahaya di dalam tubuhnya, SS hidup bahagia dengan kedua orang tuanya. Tapi, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Ketika usianya baru menginjak 5 tahun, kedua orang tuanya dipanggil Tuhan Yang Maha Kuasa. 

Sejak itu, SS dirawat oleh pamannya, RC, mantan porter di Pelabuhan Buton Sekupang Batam. Kini, RC sudah tidak bekerja lagi. Praktis, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari menjadi porak poranda. Termasuk, untuk kebutuhan makan SS. 

Beruntung, di para tetangga tempat SS tingga saat ini, di Kelurahan Bengkong Laut RT03 RW07 Batam, sangat perhatian. Sehingga, meski menanggun beban hidup yang berat, SS tetap dapat menimba ilmu di salah satu Sekolah Dasar Negeri di Bengkong Batam.
    
"Dia hidup sama paman dan abangnya, MD 9 tahun, tapi hidupnya tidak jelas, kadang pergi sekolah, kadang bermain. Kami sangat periatin dengan hidupnya, selain menderita penyakit dia sekarang anak yatim piatu," ujar Hadi Suherman, Ketua RT tempat gadis mungil ini tinggal.

Dan saat aktivis dari Forum Masyarakat Peduli AIDS (Formab) Batam, bersama Lurah Bengkong Laut, pegawai Dinas Kesehatan Kota Batam, pegawai Dinas Sosial Kota Batam dan polisi serta Ketua RT/RW mendatangi kediaman SS. Rumah bercat putih itu tampak tidak terawat. Bahkan, listrik dan air sudah lama diputus, lantaran paman korban tidak sanggup bayar.

"Tidak sanggup bayar, jadi diputus. SS sekarang saya yang merawat, setelah orangtuanya meninggal karena penyakit AIDS," aku RC. 

Kedatangan aktivis Formab dan pemerintah itu untuk membawa SS berobat secara intensif. Karena kondisi fisik dan psikologis SS memang sangat memprihatinkan. Tubuhnya yang mungil penuh dengan luka koreng akibat penyakit yang dideritanya.

Bahkan, luka koreng hampir disekujur tubuhnya ini selalu dikerumuni lalat. Kondisi saat ini sangat menjelaskan, betapa beratnya beban hidup yang dihadapi SS.  "Dia harus dirawat dan diberi perhatian khusus, agar mentalnya si anak kembali normal," kata Ketua Formab, Juardi Adianda.

Sayangnya, niat baik Formab dan pemerintah itu tidak berjalan mulus. Karena ditolak oleh RC, paman korban. Dengan alasan SS masih menjalankan ujian sekolah. Sehingga RC baru akan mengizinkan SS dibawa pada Senin, 14 Maret 2016 mendatang.

"Kita ikuti saja, kalau tidak ada persetujuan dari pamannya juga kita tidak bisa bawa begitu saja. Yang jelas SS harus dirawat secara intensif, mengingat penyakitnya sangat parah," tambah Juardi Adianda. 

Sementara itu, Lurah Bengkong Laut, Windhy Septian menambahkan, pihaknya akan membantu obat-obat dan sembako sampai dengan rawat jalan oleh kawan-kawan Formab. 

"Kita akan berikan perhatian khusus terhadap SS. Sehingga paman korban bisa kembali bekerja seperti biasa. Senin kita akan bawa untuk berobat," pungkasnya

Dengan perhatian yang begitu melimpah, semoga semua itu jadi "kado indah" bagi SS. Meski mengalir saja menjalani hidup. Semoga, lembaran hari akan membawa SS menuju gerbang kehidupan yang cerah. Percayalah, Tuhan menyangimu, SS. 

Editor: Dardani