Nasi Menjadi Bubur, Jadi Firasat Dwi Ratnasari Kehilangan Suaminya
Oleh : Irwan Hirzal
Sabtu | 27-02-2016 | 15:50 WIB
mayat_ilustrasi.jpg

BATAMTODAY.COM, Batam - Firasat yang diterima Dwi Ratnasari, istri almarhum Welly Candra Sihite (31) --pria yang ditemukan tewas di pinggir jalan menuju Batuaji dari Sekupang, tidak jauh dari tempat pemakaman umum Seiteming, sudah ditunjukan tatkala nasi yang ia masak sudah jadi bubur.

Wanita kelahiran Jakarta, 1 April 1980, sudah memiliki firasat buruk ketika sang suami tercinta tidak kunjung pulang ke keediamanya di Perumahan Centra Melati, Batam Kota.

Rabu (24/02/2016) pukul 21.00 WIB, ia terahir kali menatap wajah sang suami tercinta yang dinikahinya 2013 silam. Saat itu almarhum pamit kepada sang istri untuk pergi.

"Terakhir dia ngomong sama aku, katanya mau keluar sebentar. Saya suruh dia makan karena sejak pagi belum makan, dia tidak mau dan tetap keluar. Katanya ada kerjaan," kata Dwi dengan nada tenang dan mata membengkak kepada BATAMTODAY.COM, Sabtu (27/2/2016), di kamar mayat Rumah Sakit Otorita Batam (RSOB).

Ia pun masih teringat kata-kata terahir sang suaminya yang keturunan India tersebut. Firasat buruk itu, katanya, sudah timbul pada Kamis (25/02/2016) pukul 04.30 WIB. Dimana nasi yang dihidangkan untuk sang suami sudah jadi bubur.


Bahkan kecurigaan itu muncul, karena sang suami tidak biasanya tak memberikan kabar. Ponsel milik suaminya aktif, namun saat dihubungi tidak ada jawaban.

Kamis pagi, Dwi terpaksa harus berjalan kaki menuju Kawasan Industri Tunas di Batam Center, tempat dia berkerja di salah satu perusahaan di sana. Ia tetap mencoba menghubungi ponsel suaminya.

"Kata orang tua saya, kalau nasi sudah jadi bubur itu orang terdekat kita ada yang mengalami musibah atau meninggal. Saat itu saya belum percaya. Tapi perasaan cemas terus menghantui pikiran saya," katanya.

Firasat Dwi saat itu, suaminya ketiduran di rumah teman, atau ponselnya dikecilkan suaranya sehingga nada deringnya tidak terdengar. Tapi sampai Kamis sore, kabar yang ditunggu ayah dua anak ini tidak kunjung didapat.

"Almarhum memang lagi menganggur, dia selalu antar saya kerja. Kalau memang tidak pulang, pasti dia beri kabar, ini tidak ada, pikiran saya mungkin dia ketiduran di rumah kawan," tuturnya.

Namun Kamis malam firasat buruk itu kembali datang ketika ia pulang bekerja, ternyata nasi yang sudah dimasak itu kembali menjadi bubur. Dwi mencoba menghubungi ponsel milik almarhum namun saat itu tidak aktif.

"Baru kali ini nasi itu jadi bubur, biasanya tidak. Itu sudah cemas sekali perasaan ini," kata Dwi.

Meskipun suami tidak pulang, ia belum berpikir untuk membuat laporan, dan menjalankan aktivitas biasanya berkerja. "Jumat sore kemarin saya kembali telepon nomor suami saya, ternyata aktif tapi yang ngangkat itu polisi," kata dia.

Dalam sambungan telepon itu, polisi yang mengaku dari Reskrim Sekupang menyuruh ia datang ke Rumah Sakit Otorita Batam (RSOB) Sekupang, karena tidak memiliki biaya (ongkos). Dwi pun dijemput oleh tiga anggota polisi.

"Polisi itu tidak menjelaskan kondisi suami saya, tapi dia surah ke RSOB, saya tidak memiliki uang untuk ongkos. Tapi 3 orang anggota menjemput saya ke rumah," katanya.

Ketika sudah dijemput, bukanya dibawa ke ruang unit gawat darurat (UGD), Dwi pun kaget lantaran dia diantar ke kamar mayat RSOB Sekupang. "Saya mulai kaget kenapa saya dibawa ke kamar mayat. Seorang polisi langsung menjejerkan sejumlah ponsel, dompet, jam tangan dan tas. Saya mengenali tas, dompet dan jam tangan itu milik suami saya," katanya.

Sempat menanyakan keberadaan suaminya, namun seorang petugas kamar mayat langsung merangkul dan menuturkan. "Yang sabar bu, semua ada jalannya," kata Dwi menurutkan ucapan petugas.

Dwi pun syok dan hanya bisa meneteskan air mata. Padahal almarhum meninggalkan dua anak yang masih balita, Muhamad Wilda Saputra Sihite (4) dan Mahesa Novita Candra Sihite berusia satu tahun setengah.

"Padahal terakhir pas pulang Rabu malam dia memberikan sejumlah uang untuk membeli susu anaknya Novita," katanya.

Rencana jenazah akan dikebumikan di Seiteming Sabtu (27/02/2016) pukul 15.00 WIB. "Proses pemakaman dibantu RT/RW setempat dan Dinsos Batam, karena saya tidak ada biaya," pungkasnya.

Editor: Dodo