Saat Petaka Menyapa Warga Batumerah di Malam Imlek
Oleh : Romi Chandra
Senin | 08-02-2016 | 15:47 WIB
gelombang-pasang-batumerah1.jpg
Warga Batumerah mencoba mencari harta benda yang masih bisa digunakan usai gelombang pasang menghantam puluhan rumah panggung di kawasan tersebut. (Foto: Romi Chandra)

BATAMTODAY.COM - Gong Xi Fa Cai, ucapan selamat merayakan tahun baru Imlek, diutarakan pada masyarakat yang merayakannya. Namun kata duka juga dikumandangkan pada hari ini, Senin (8/2/2016), pada warga Batam yang tinggal di pesisir, seperti di Batumerah, Kecamatan Batuampar. Betapa tidak, mereka harus menerima kenyataan kekejaman alam yang memporak-porandakan rumah, tempat mereka berteduh di saat hujan maupun panas.

Rasa resah dan gelisah, selalu terpancar dari masyarakat di sana ketika angin utara melanda. Angin yang kencang, membuat ombak tinggi. Was-was akan rumah yang runtuh, selalu menghantui.

Terbukti, bertepatan dengan perayaan Imlek tahun ini, masyarakat di Batumerah harus mengais puing-puing rumah yang hancur dihantam ombak, mencari sisa-sisa barang yang mungkin masih bisa diselamatkan.

Tercatat, sekitar 47 rumah rusak parah dan 17 lainnya hilang, hanya dalam hitungan jam. Kebingungan, tentunya menjadi perasaan utama mereka saat ini. Bingung harus tinggal dimana, bingung mau memberi anak istri makan dengan apa, dan bingung bagaimana menjalani hidup selanjutnya.

Seperti yang dirasakan Indra, salah satu warga yang rumahnya sudah tak terlihat lagi. Hanya tersisa kayu yang menancap ke dasar pantai sebagai pondasi untuk rumah panggung miliknya.

Besarnya ombak, memang menjadi langganan setiap tahunnya. Namun, tahun ini menjadi ombak terkuat yang menghancurkan rumahnya. Beruntung ia masih bisa menyelamatkan istri dan satu anaknya.

Berawal dari teriakan tetangganya pada Minggu (7/2/2016) malam, sekitar pukul 22.00 WIB, ia terjaga dari tidur. Seakan teriakan itu memekakkan telinga, membuat ia harus keluar rumah, memastikan apa yang terjadi sebenarnya.

"Lari..lari... Rumah mulai roboh..," kalimat itu makin jelas terdengar begitu ia membuka pintu rumah.

Ia mendapati rumah tetangga yang berada di ujung pantai mulai roboh satu persatu. Tidak lagi berpikir panjang, Indra langsung berlari ke dalam rumah, membangunkan anak dan istri. Secepat mungkin ia berusaha keluar dari rumah.

"Begitu saya keluar, rumah yang berada tepat di depan rumah saya mulai roboh. Saya langsung menghindar sambil memegang anak dan istri. Kami langsung berlarian ke daratan," terang Indra, mengenang kejadian malam tadi.

Berhasil menyelamatkan anak dan istri, ia berusaha kembali ke rumahnya. Berharap, ia masih bisa menyelamatkan barang-barang yang mungkin bisa diselamatkan.

Namun, rasa percaya atau tidak, ia sudah tidak mendapati gubuk yang dibuat dari sususan kayu miliknya lagi. Yang ia dapati hanya hempasan ombak seakan mau memakan bangunan lainnya.

Sekitar pukul 03.00 WIB, air laut dengan ombaknya yang serasa sudah kenyang melahap rumah, mulai surut dan menyisakan puing-puing. "Kami hanya bisa menyaksikan ombak menerjang rumah," akunya.

Diakui Indra, kejadian kali ini yang paling parah. "Dulu tahun 1999 juga pernah terjadi. Sekarang yang paling parah," tambahnya.

Saat ini, ia dengan warga lainnya hanya bisa pasrah dengan bencana alam yang terjadi, berharap uluran tangan para dermawan. "Kami belum tahu mau mengungsi dimana. Sekarang posko bantuan didirikan di mesjid dekat sini. Untuk posko tempat kami mengungsi sementara waktu akan didirikan di lapangan sekitar sini," ujarnya pasrah.

Editor: Dodo